Singkap Misteri Aztec: Kabar Temuan Penggalian Piramida Keramat

By National Geographic Indonesia, Jumat, 6 Mei 2022 | 11:00 WIB
Batu Matahari Kalender Aztec, digunakan oleh suku Aztec serta masyarakat Pra-Columbus lainnya di Meksiko tengah dan Amerika Tengah. (Kim Alaniz/ CC BY-SA 3.0/ Ancient Origins)

Kerajaan itu dimulai dari nol. Bangsa Aztec yang pertama, atau bangsa Mexica, konon bermigrasi dari utara—dari Aztlan, meskipun tanah air leluhur ini belum pernah ditemukan dan mungkin hanya legenda belaka. Mereka berbicara dalam bahasa Nahuatl yang digunakan oleh bangsa Toltec yang hebat, yang dominasinya di seluruh Meksiko Tengah berakhir pada abad ke-12.

Namun, bahasa adalah satu-satunya yang membuat bangsa Mexica hebat. Mereka berkali-kali terusir dari beberapa permukiman di Cekungan Meksiko dan akhirnya terdampar di sebuah pulau di Danau Texcoco, pulau yang tidak seorang pun menginginkannya, yang pada tahun 1325 diproklamirkan sebagai Tenochtitlan. Karena hampir menyerupai rawa, Tenochtitlan tidak memiliki air yang bisa diminum, serta tidak punya batu dan kayu untuk membangun.

Akan tetapi, penghuninya yang compang-camping, meskipun "hampir benar-benar tidak berbudaya," sebagaimana dikatakan oleh ilmuwan terkenal Miguel Leon-Portilla, mengimbanginya dengan sesuatu yang diistilahkannya "semangat tak kenal padam."

Para pemukim ini mulai menggali reruntuhan negara-kota Teotihuacan dan Tula yang pernah sangat hebat. Semua yang mereka lihat, mereka gunakan. Pada tahun 1430, Tenochtitlan tumbuh menjadi lebih besar daripada kedua kota tadi, urugan tanah dan saluran air yang menakjubkan, dipisahkan oleh kanal dan pematang menjadi empat kuadran yang semuanya mengitari pusat piramida bertangga-ganda dengan kuil kembar di puncaknya. Tidak satu pun dari perkembangan ini benar-benar asli, dan di situlah titik penghubungnya.

Bangsa Mexica mencari jalan untuk menjalin hubungan leluhurnya dengan kerajaan masa lalu—terutama melalui berbagai upaya Tlacaelel, penasihat kerajaan yang bisa saja membual bahwa "tidak seorang pun raja masa lalu bertindak tanpa meminta pendapat atau bimbinganku." Pada paruh pertama abad ke-15, Tlacaelel memperkenalkan versi baru sejarah bangsa Mexica, yang menegaskan bahwa rakyatnya adalah keturunan Toltec yang perkasa dan memasukkan Huitzilopochtli—dewa matahari dan perang yang menjadi panutan mereka—ke dalam kelompok para dewa Toltec yang agung. Penasihat kerajaan itu melangkah lebih jauh lagi.

Pengorbanan manusia ritual Aztec digambarkan dalam Codex Magliabechiano. (Public Domain/ Ancient Origins)

Sebagaimana yang ditulis oleh Miguel Leon-Portilla, Tlacaelel menggariskan takdir kebangsawanan mereka sebagai "penakluk semua bangsa… menangkap kurban untuk dipersembahkan, sebab sumber segala kehidupan, yakni matahari, pasti padam seandainya tidak diloloh dengan darah manusia."

Begitulah, sang pendatang baru yang dicaci dari utara itu menapaki tangga kemuliaan. Mereka menaklukkan kota demi kota di Cekungan Meksiko. Di bawah pemerintahan Moctezuma I, pada akhir tahun 1440-an, bangsa Mexica dan sekutu mereka bergerak dengan mantap menjelajahi lebih dari 300 kilometer untuk meluaskan kerajaan ke selatan ke negara bagian yang dewasa ini dikenal sebagai Morelos dan Guerrero. Pada tahun 1450-an, mereka bergerak ke pantai Teluk di utara. Dan pada tahun 1465 Konfederasi Chalco, satu-satunya penguasa yang mampu bertahan di Cekungan Meksiko, berhasil ditaklukkan.

Pada masa pemerintahan penguasa Aztec yang kedelapanlah, Ahuitzotl, kerajaan meluas sampai mencapai titik keruntuhannya.

Wajahnya tidak dikenal. Sosok yang oleh Lopez Lujan diharapkan dapat ditemukan sisa-sisa jasadnya di dekat Templo Mayor tidak tampak dalam gambar mana pun. "Satu-satunya gambar penguasa Aztec yang kami punyai adalah Moctezuma II, dan gambar ini pun dibuat berdasarkan penjelasan orang Spanyol setelah dia wafat," kata Lopez Lujan, merujuk ke raja terakhir yang memerintah Meksiko menjelang penjajahan Spanyol. "Banyak hal kecil-kecil yang kami ketahui tentang kehidupan Moctezuma II. Tentang Ahuitzotl, hanya sedikit yang kami ketahui."

Hal-hal berikut inilah yang kami ketahui: Perwira militer berpangkat tinggi itu naik tahta pada 1486 setelah kakaknya Tizoc kehilangan kendali atas kerajaan dan lenyap. Mungkin akibat diracun, mungkin juga tewas di tangan adiknya sendiri.

Namanya saja sudah berkonotasi kekejaman; dalam bahasa Nahuatl, ahuitzotl berarti sosok mirip berang-berang bengis yang dapat mencekik manusia dengan ekornya yang berotot. Kemenangan Ahuitzotl sebanyak 45 kali, kegemilangan masa pemerintahannya selama 16 tahun, dipuja-puji dengan indahnya dalam naskah raja muda Spanyol, dikenal sebagai Codex Mendoza.