Telisik Kebiasaan Kekaisaran Ottoman Menyambut Bulan Ramadhan

By Galih Pranata, Kamis, 14 April 2022 | 16:00 WIB
Kedai kopi dari abad ke-18 di Istanbul buka 24 jam selama Ramadhan. (Amadeo Preziosi)

Bagi anak-anak, Ramadhan adalah waktu hiburan dan hadiah. Mereka begadang sampai waktu sahur, melewati malam dengan menonton penari, mendengarkan musik, pendongeng, menonton wayang kulit Karagöz dan mengikuti penabuh genderang membangunkan sahur.

  

Baca Juga: Konstantinopel Berubah Jadi Istanbul Bukan Saat Direbut Sultan Ottoman

Baca Juga: Lelakon Ambisi Ottoman Turki dalam Pengepungan Konstantinopel

Baca Juga: Praktik Politik Gelar Keturunan Nabi Muhammad Era Ottoman Turki

  

Mereka yang tinggal dekat dengan masjid-masjid kekaisaran di kota tua, akan dibawa untuk melihat mahya, yaitu untaian lampu di antara menara-menara yang bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an atau menggambarkan berbagai macam pemandangan, termasuk perahu dan ikan.

Anak-anak yang berpuasa pertama kali akan diapresiasi dengan diberi hadiah. Kadang-kadang orang dewasa akan menyuruh anak-anak untuk hanya berpuasa setengah dan mereka akan membeli setengahnya lagi. Bagaimanapun, anak-anak tidak akan tidur sampai salat subuh.

"Selama Ramadhan di musim panas, sebanyak mungkin orang akan menghabiskan malam di sepanjang Bosphorus," sebutnya. 

Begitu juga dengan kedai kopi yang akan buka sepanjang malam selama Ramadhan, meramaikan malam-malam, dan membantu pihak berwenang untuk menjaga ketertiban malam di Ottoman.

Kedai kopi jenis ini akan buka selama 24 jam dari hari pertama Ramadhan hingga hari terakhir sebelum liburan lebaran, ketika mereka akan kembali ke jam kedai kopi normal.