Nationalgeographic.co.id - Penggalian arkeologi tengah berlangsung di Stasiun Haydarpasa, di distrik Kadikoy, Istanbul. Dari penggalian di tempat ini telah ditemukan makam batu bata yang berasal dari era Helenistik.
Dilansir dari Anadolu Agency, Rahmi Asal selaku direktur Museum Arkeologi Istanbul mengatakan bahwa penemuan ini sangatlah menarik. Sebab makam tersebut digunakan untuk kremasi.
“Ini adalah penemuan yang sangat signifikan. Ini adalah satu-satunya (peninggalan) dari periode Helenistik yang ditemukan di sini, selain dari platform Helenistik yang sebelumnya digali,” kata Rahmi Asal kepada Anadolu Agency.
“Ini sangat berharga. Ini adalah salah satu temuan tertua di daerah ini,” tambahnya.
Menurut analisis awal, tubuh dikremasi di dalam makam. Akan tetapi kerangka dan sisa-sisa lainnya selamat dari kobaran api dan sekarang telah digali.
Rahmi Asal juga menjelaskan bahwa pada piala terakota dan botol parfum terlihat adanya bekas terbakar. Kedua benda itu ditemukan dengan sisa-sisa kerangka.
“Saya belum pernah melihat makam kremasi seperti ini dari periode Helenistik. Mungkin ini akan memberi kita banyak wawasan yang lebih berharga,” ujar Rahmi Asal.
Sebagai informasi, Zaman Helenistik, merupakan periode antara kematian Alexander Agung pada 323 SM dan penaklukan Mesir oleh Roma pada 30 SM. Untuk beberapa tujuan, periode tersebut diperpanjang selama tiga setengah abad, hingga pemindahan ibu kota Konstantinus Agung ke Konstantinopel (Bizantium) pada tahun 330 M. Dari pecahnya kerajaan Alexander muncullah banyak kerajaan, termasuk Makedonia, Seleukia, dan Ptolemeus.
Penggalian arkeologis seluas 300.000 meter persegi di Haydarpasa dan sekitarnya telah dilakukan sejak tahun 2018 lalu oleh Kementerian Perhubungan dan Infrastruktur bersama Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Arkeonews melaporkan, penggalian yang telah berlangsung selama hampir empat tahun ini mengungkap sejarah Kadikoy dari abad kelima SM hingga era awal Republik Turki.
Di area itu didapati 70 ribu temuan, 18 ribu di antaranya koin dan sebanyak 2.400 koin dibawa ke workshop. Rahmi Asal menjelaskan, 18 ribu koin berhasil diidentifikasi, 2.400 koin dimasukkan ke inventaris. Terhitung masih ada sekitar 10 ribu koin tersisa yang belum dibersihkan.
“Kami akan mengerjakan sisa-sisanya bulan depan. Situs ini berisi kelompok peninggalan dan temuan arkeologis yang sangat rumit,” jelas Rahmi Alam.
“Setiap sisa-sisa disentuh dari waktu ke waktu untuk kebutuhan yang berbeda-beda dan beragam fase terbentuk. Untuk mendeteksinya juga tidak mudah,” tambahnya.
Baca Juga: Festival Qingming, Meneruskan Tradisi Membersihkan Makam Leluhur
Baca Juga: Arkeolog Temukan Tempat Kremasi Tertua, Berasal dari 9.000 Tahun Silam
Baca Juga: Mengungkap Misteri Ritual Penguburan Mayat Neolitikum di Turki
Kesulitan didapat karena ada banyak intervensi dari kereta api yang lewat di sana. Agak sulit untuk mengidentifikasi sisa-sisanya. Sang ahli juga menekankan bahwa daerah itu dikenal sebagai pelabuhan barat Chalcedon dalam sumber-sumber kuno. Hal tersebut juga ditentukan oleh dokumen-dokumen konkret dalam penggalian.
Lebih lanjut, Rahmi Asal juga mengungkapkan bagaimana kehidupan pada masa itu. Mulai dari kehidupan di pelabuhan dan perdagangan, kehidupan pribadi dan metode belanja, tempat tersebut adalah titik transit militer dan area akomodasi selama periode Ottoman.
“Kami telah memperoleh detail dan kenyataan yang sangat penting tentang sejarah wilayah ini dengan jejak, tembikar, dan koin milik periode tersebut,” ungkapnya.
Tahun lalu, sebuah gereja abad ke-5 yang dibangun atas nama St. Bassa ditemukan. Rahmi Asal juga menegaskan bahwa salah satu dari dua temuan penting yang ditetapkan peneliti dari sumber-sumber kuno adalah Gereja St. Ephemia dan yang lainnya adalah Gereja St. Bassa. Artefak ini menjelaskan sejarah 15 juta megapolis dan Kadikoy, tempat kota kuno Chalcedon pernah berdiri.