Temuan Fragmen Mural di Guatemala, Bukti Paling Awal Kalender Maya

By Maria Gabrielle, Sabtu, 16 April 2022 | 13:00 WIB
Dua fragmen mural kalender Maya yang ditemukan dari dalam piramida di Guatemala. (Karl Taube/Proyecto Regional Arqueologico San Bartolo/Reuters)

Nationalgeographic.co.id - Kalender merupakan salah satu peninggalan menarik dari Suku Maya. Terbaru dari dalam reruntuhan piramida di Guatemala, ditemukan sebuah glif (glyph) mewakili hari yang disebut 7 Rusa atau 7 Deer.

Dilansir dari Reuters, fragmen tersebut didapati dalam piramida Las Pinturas, di situs arkeologi San Bartolo, Guatemala. Glif terdapat pada fragmen mural yang berasal dari abad ketiga Sebelum Masehi, menandai penggunaan kalender Maya yang paling awal diketahui.

Diketahui orang-orang Maya sering membangun kuil yang awalnya berukuran sederhana. Mereka lalu membangun versi yang lebih besar di atas kuil sebelumnya. Piramida ini sendiri memiliki tinggi sekitar 30 meter.

Studi ini telah dipublikasikan di Science Advances dengan judul "An early Maya calendar record from San Bartolo, Guatemala" pada 13 April 2022. Dalam jurnalnya para ahli mengungkapkan bahwa catatan tanggal 7 Rusa ini mewakili satu hari dalam kalender ramalan 260 hari yang digunakan di seluruh Mesoamerika dan di antara komunitas asli Maya saat ini.

Ditampilkan bersama dengan 10 fragmen teks lain yang mengungkapkan tradisi penulisan, beberapa juru tulis dan mural yang menggabungkan teks dengan gambar dari awal komplek ritual. Catatan ini mewakili contoh penanggalan paling awal dari kalender Maya dan penting untuk memahami perkembangan hitungan 260 hari dan aspek terkait agama Mesoamerika dan ilmu kosmologis.

Penulis utama penelitian ini, David Stuart, profesor seni dan tulisan Mesoamerika, Universitas Texas menggambarkan pecahan-pecahan itu sebagai dua potongan plester putih yang pas di tangan dan pernah dipasang pada dinding batu.

"Tembok itu sengaja dihancurkan oleh bangsa Maya kuno ketika mereka sedang membangun kembali ruang upacara mereka—tembok itu akhirnya tumbuh menjadi sebuah piramida. Kedua bagian itu menyatu dan memiliki kaligrafi dicat hitam, dibuka dengan tanggal 7 Rusa. Selebihnya sulit dibaca," ujar Stuart kepada Reuters.

"Lukisan-lukisan dari fase ini semuanya sangat terfragmentasi, tidak seperti lukisan-lukisan dari ruang lainnya yang lebih terkenal," kata Stuart.

Sebagai informasi, situs San Bartolo mendapatkan ketenaran dengan penemuan ruang terkubur pada tahun 2001. Ruangan dengan mural yang rumit dan berwarna-warni yang berasal dari sekitar tahun 100 SM menggambarkan adegan seremonial dan mitologi Maya. San Bartolo merupakan pusat regional selama periode Praklasik Maya, mulai dari sekitar 400 SM hingga 250 M.

 Baca Juga: Gali 25 Kuburan Kuno, Arkeolog Ungkap Nenek Moyang Bangsa Maya

 Baca Juga: Ketika Wanita Yunani Kuno Gunakan Venus Sebagai Kalender Kehamilan

 Baca Juga: Mengapa Ada Tujuh Hari dalam Seminggu? Berikut Penjelasannya

Lebih lanjut, notasi kalender Maya definitif paling awal berasal dari abad pertama SM. Kalender berakar pada pengamatan pergerakan matahari, bulan, dan planet-planet, didasarkan pada siklus ritual 260 hari yang disebut tzolk’in.

Kalender adalah salah satu pencapaian budaya yang juga mengembangkan sistem penulisan yang mencakup 800 glif dengan contoh paling awal juga dari San Bartolo. Suku Maya membangun kuil, piramida, istana dan observatorium dan terlibat dalam pertanian canggih tanpa menggunakan alat logam atau roda.

Sekitar 7.000 fragmen mural, beberapa sekecil kuku dan yang lainnya berukuran 20 kali 40 sentimeter, telah ditemukan di San Bartolo. 7 Rusa dan notasi lain yang terlihat pada 11 fragmen mural San Bartolo yang diteliti dalam studi mengisyaratkan konvensi artistik dan penulisan yang matang di wilayah tersebut pada saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa kalender telah digunakan selama bertahun-tahun.

"Situs lain kemungkinan akan menemukan contoh lain, bahkan mungkin contoh sebelumnya. Kedua, tradisi juru tulis yang diwakili dalam 11 fragmen ini beragam, ekspresif, teknologi mereka untuk persiapan cat dan fluiditas kaligrafi sangat mengesankan, ini adalah tradisi penulisan dan seni yang mapan,” jelas Heather Hurst dari Skidmore College yang turut terlibat dalam studi ini.