Nationalgeographic.co.id—Pada tahun-tahun sejak revolusi komunis Mao Zedong pada tahun 1949, hubungan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat telah diselimuti oleh propaganda Perang Dingin.
"Adanya embargo perdagangan dan keheningan diplomatik diantara keduanya," tulis Evan Andrews kepada History dalam artikel yang berjudul "How Ping-Pong Diplomacy Thawed the Cold War", publikasi 8 April 2016.
Kedua negara adidaya telah bertemu di medan perang selama Perang Korea, tetapi tidak ada delegasi resmi Amerika yang menginjakkan kaki di Republik Rakyat Cina selama lebih dari 20 tahun.
"Namun, pada tahun 1971, kedua negara berusaha untuk membuka dialog satu sama lain," sebut Evan Andrews dalam tulisannya.
Aliansi Cina dengan Uni Soviet telah memburuk dan menghasilkan serangkaian bentrokan perbatasan berdarah, dan Ketua Mao percaya hubungan dengan Amerika mungkin berfungsi sebagai pencegah terhadap Rusia.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon telah menjadikan hubungan diplomasi dengan Cina sebagai prioritas utama kebijakan pemerintahannya.
Pada tahun 1967, Nixon menulis kepada Cina, "Kami tidak bisa meninggalkan Cina selamanya di luar keluarga bangsa."
"Kedua negara akhirnya membuka komunikasi rahasia, tetapi terobosan nyata datang berkat pertemuan publik antara sepasang pemain pingpong," imbuh Andrews.
Selama Kejuaraan Tenis Meja Dunia 1971 di Nagoya, Jepang, pemain AS berusia 19 tahun Glenn Cowan naik bus antar-jemput yang membawa tim nasional Cina berbaju merah.
Sebagian besar orang Cina memandang orang Amerika berambut lusuh itu dengan curiga, tetapi Zhuang Zedong, pemain terbaik tim, melangkah maju untuk menjabat tangan Cowan dan berbicara dengannya melalui seorang penerjemah. Dia bahkan memberi Cowan itu hadiah: gambar layar sutra dari pegunungan Huangshan di Cina.
Cowan, membalas gerakan itu pada hari berikutnya dengan memberi Zhuang kaus yang dihiasi dengan simbol perdamaian dan lirik The Beatles "Let It Be." Fotografer menangkap kejadian itu dalam kameranya.