Senyum Adalah Sedekah dan Ibadah, Ternyata Ini Alasannya Menurut Sains

By Ricky Jenihansen, Minggu, 17 April 2022 | 16:00 WIB
Wanita Muslim yang bahagia berjalan di pusat kota. (Alessandro Biascioli)

Nationalgeographic.co.id - Dalam literatur Islam, senyum adalah ibadah dan sedekah, merupakan salah satu ibadah yang paling mudah dilakukan. Sangat dianjurkan dilakukan dalam setiap kesempatan. Hal itu juga didukung dengan studi ilmiah, senyum ternyata terbukti dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia.

Penelitian tersebut dilakukan oleh para ilmuwan psikologi dari University of Tennesse, Knoxville dan Texas A&M. Laporan studi tersebut telah dipublikasikan di Psychological Bulletin dengan judul "A meta-analysis of the facial feedback literature: Effects of facial feedback on emotional experience are small and variable".

Penelitian itu menggabungkan data lebih dari 138 penelitian yang menguji lebih dari 11 ribu peserta dari lebih 50 tahun data pengujian. Para peneliti menemukan bahwa ekspresi wajah memiliki dampak pada perasaan kita. Ekspresi wajah dapat membuat orang merasakan emosi yang terkait dengan ekspresi tersebut.

Nicholas Coles, mahasiswa PhD di University of Tennessee dalam bidang psikologi sosial mengatakan sebelumnya, psikolog dunia tidak setuju dengan ide itu selama lebih dari 100 tahun.

"Kebijaksanaan konvensional memberi tahu kita bahwa kita bisa merasa sedikit lebih bahagia jika kita hanya tersenyum. Atau kita bisa mendapatkan suasana hati yang lebih serius jika kita cemberut," kata Coles dalam rilis media University of Tennessee.

"Tapi psikolog sebenarnya tidak setuju tentang ide ini selama lebih dari 100 tahun."

Senyum ternyata terbukti dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia. (Pinterest)

Ketidaksepakatan tersebut, lanjut Coles, menjadi lebih jelas pada tahun 2016 ketika 17 tim peneliti gagal mereplikasi eksperimen terkenal yang menunjukkan bahwa tersenyum dapat membuat merasa lebih bahagia.

Namun menurut Cole, mereka tidak hanya fokus pada hasil dari satu studi itu saja. Psikolog telah menguji ide tersebut sejak awal 1970-an dan mereka ingin melihat semua buktinya.

Menggunakan teknik meta-analisis, mereka menggabungkan data dari 138 studi melibatkan 11 ribu peserta dari seluruh dunia. Hasilnya, ekspresi wajah terbukti memiliki dampak kecil pada perasaan. Hal tersebut membuat orang merasa lebih bahagia dan sebaliknya cemberut membuat perasaan lebih marah dan sedih.

Hipotesis umpan balik wajah menunjukkan bahwa pengalaman emosi seseorang dipengaruhi oleh umpan balik dari gerakan wajah mereka. "Untuk mengevaluasi bukti kumulatif untuk hipotesis ini, kami melakukan meta-analisis pada 286 ukuran efek yang berasal dari 138 studi yang memanipulasi umpan balik wajah dan mengumpulkan laporan emosi," para peneliti menulis dalam laporannya.

Menurut Coles, mereka tidak sepenuhnya berpikir bahwa orang tersenyum untuk mendapatkan kebahagiaan. Tapi temuan itu menarik karena memberikan petunjuk bagaimana pikiran dan tubuh dapat berinteraksi untuk membentuk pengalaman sadar akan emosi dan lebih dekat mempelajari emosi manusia.

Muslim Palestina tersenyum melihat orang berkostum singa, seusai menunaikan Shalat Id di Kota Tua Yerusalem, 5 Juni 2019. (AFP PHOTO/AHMAD GHARABLI)

Menggunakan efek meta-regresi acak dengan perkiraan varians yang kuat, para peneliti menemukan bahwa efek keseluruhan dari umpan balik wajah signifikan tetapi kecil. Hasil juga menunjukkan bahwa efek umpan balik lebih kuat dalam beberapa keadaan daripada yang lain. "Kami memeriksa 12 moderator potensial, dan 3 dikaitkan dengan perbedaan ukuran efek, yaitu yang pertama, jenis hasil emosional, umpan balik wajah memengaruhi pengalaman emosional dan pada tingkat yang lebih besar, penilaian afektif dari suatu stimulus, seperti misalnya kelucuan objektif dari film animasi."

 Baca Juga: Mengenal Schadenfreude, Istilah Bahagia di Atas Penderitaan Orang Lain

 Baca Juga: Senyum Berjuta Makna, Berhati-hatilah Di Mana Kita Tersenyum

 Baca Juga: Rajin Tersenyum Bisa Membuat Hidup Kita Lebih Bahagia, Benarkah?

Tiga metode deteksi bias publikasi tidak mengungkapkan bukti bias publikasi dalam studi yang meneliti efek umpan balik wajah pada pengalaman emosional. Tapi ketiga metode mengungkapkan bukti bias publikasi dalam studi yang memeriksa penilaian afektif.

Selanjutnya, yang kedua, danya rangsangan emosional, yaitu efek umpan balik wajah pada pengalaman emosional lebih besar tanpa adanya rangsangan emosional yang menggugah, seperti misalnya, menonton film animasi.

Dan terakhir, jenis rangsangan, yaitu ketika peserta disajikan dengan rangsangan yang membangkitkan emosi. Efek umpan balik wajah lebih besar dengan adanya beberapa jenis rangsangan, seperti misalnya, kalimat emosional daripada yang lain seperti misalnya gambar.

Peneliti mengambil kesimpulan, bahwa bukti yang tersedia mendukung klaim sentral hipotesis bahwa wajah dapat memengaruhi pengalaman emosional. Senyum ternyata terbukti dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia. Jadi jangan menunggu bahagia untuk tersenyum, tetapi tersenyumlah agar bahagia. Literatur agama dan bahkan ilmiah telah membuktikan manfaatnya.