Pengobatan Kuno Reduksi Darah yang Tak Jarang Membunuh Pasiennya

By Galih Pranata, Sabtu, 23 April 2022 | 10:00 WIB
Pengobatan reduksi darah yang ekstrem yang dipercaya mengembalikan keseimbangan tubuh. (History)

Nationalgeographic.co.id—Selama ribuan tahun, para praktisi medis berpegang teguh pada keyakinan bahwa penyakit hanyalah akibat dari adanya sedikit "darah yang buruk". Darah yang dapat mendatangkan penyakit.

"Pertumpahan darah atau reduksi darah, diperkirakan dimulai sejak zaman bangsa Sumeria dan Mesir kuno," tulis Evan Andrews kepada History dalam artikel berjudul "7 Unusual Ancient Medical Techniques: Bloodletting" yang dipublikasikan pada 25 Maret 2014.

Apabila orang Mesir Kuno menderita migrain atau orang Sumeria Kuno mengalami demam, kemungkinan besar dokter akan mencoba satu pengobatan, mereduksi darah yang dianggapnya buruk karena kelebihan darah.

Dianggap sebagai salah satu praktik pengobatan tertua, pertumpahan darah atau pengobatan reduksi darah diperkirakan berasal dari Mesir kuno, kemudian menyebar ke Yunani Kuno, ketika dokter seperti Erasistratus, yang hidup pada abad ketiga SM, percaya bahwa semua penyakit berasal dari darah yang berlebihan.

Dokter berpengaruh seperti Hippocrates dan Galen menyatakan bahwa tubuh manusia dipenuhi dengan empat zat dasar—empedu kuning, empedu hitam, dahak, dan darah, sehingga perlu dijaga keseimbangannya untuk menjaga kesehatan tubuh.

Dengan pemikiran ini, pasien dengan demam atau penyakit lain sering didiagnosis dengan kelebihan darah.

"Sang dokter akan membuka pembuluh darah dengan lanset atau potongan kayu yang diasah, menyebabkan darah mengalir keluar dan masuk ke wadah yang telah disediakan," tulis Jennie Cohen kepada History.

Cohen menulis kepada History dalam artikelnya berjudul "A Brief History of Bloodletting" yang diterbitkan pada 30 Mei 2012, dan diperbaharui pada 29 Agustus 2018.

Seorang dokter menggunakan alat untuk mengeluarkan darah di lengan pasien. (Wikimedia Commons)

Untuk mengembalikan keharmonisan dan keseimbangan dalam tubuh, dokter-dokter kuno akan memotong pembuluh darah dan mengalirkan beberapa cairan vital mereka ke dalam wadah.

Praktisi biasanya merobek pembuluh darah atau arteri di lengan bawah atau leher, kadang-kadang menggunakan alat khusus yang menampilkan bilah tetap dan dikenal sebagai fleam.

"Dalam beberapa kasus, lintah bahkan digunakan untuk menyedot darah langsung dari kulit," sebutnya.