Nationalgeographic.co.id—Dahulu kala, lebih dari dua ribu tahun yang lalu, Kaisar pertama Tiongkok sangat dikenal dengan identitasnya yang begitu hebat, kuat, dan ambisius.
Sifat ambisiusnya ia kerahkan untuk mengejar tujuan utama dalam hidupnya: Mencoba menemukan ramuan yang bisa membuatnya abadi. Ialah Qin Shi Huang (Ying Zheng).
Ia lahir pada 259 SM di Hanan, tetapi tanggal pastinya tidak diketahui. Diyakini bahwa nama Qin merupakan nenek moyang etimologis dari nama negara saat ini, Cina. Namun, beberapa ahli menolak etimologi ini.
"Ying Zheng menjadi Raja negara Qin setelah kematian ayahnya. Saat menjadi raja, usianya baru berusia 13 tahun," tulis Susan Fourtané kepada Interesting Engineering.
Fourtané menulis dalam artikelnya yang berjudul "The First Emperor of China Who Died During His Quest Pursuing Immortality" yang dipublikasikan pada 28 Agustus 2020.
Perdana menteri dan kemungkinan ayah kandungnya, Lu Buwei, bertindak sebagai wali yang mendampinginya memimpin Qin selama delapan tahun pertama.
"Ying Zheng mengambil gelar suci penguasa legendaris dan memproklamirkan dirinya sebagai Qin Shi Huang (Kaisar Berdaulat Pertama Qin)," tambahnya.
"Qin Shi Huang memiliki sekitar 50 anak termasuk Fusu, Gao, Jianglü, dan Huhai, tetapi tidak memiliki permaisuri," lanjutnya.
Menurut catatan sejarawan, pada 240 SM, Lu Buwei memperkenalkan ibu Raja, Zhao Ji, ke Lao Ai sebagai bagian dari skema untuk menggulingkan Qin Shi Huang.
Pada 238 SM, Lao Ai dan Bu Buwei memutuskan untuk melancarkan kudeta. Lao Ai mengumpulkan pasukan dengan bantuan raja Wei di dekatnya. Dia mencoba merebut kendali saat Qin Shi Huang bepergian.
"Namun, Qin Shi Huang mengetahui tentang pemberontakan tersebut. Lao dieksekusi dengan leher, lengan, dan kakinya diikat ke kuda, yang dipacu untuk berlari ke arah yang berbeda," jelasnya.