Studi: Ada Banyak Kawasan Lindung Tetapi Tidak Semua Layak Konservasi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 23 April 2022 | 11:00 WIB
Ada banyak kawasan lindung di seluruh dunia. Studi baru mengatakan, tidak semuanya berhasil mendorong target konservasi. (Yunaidi Joepoet)

Nationalgeographic.co.id - Ada sekitar 125 juta hektar kawasan lindung daratan dan perairan di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020. Salah satu di antaranya, Taman nasional Way Kambas pada Maret lalu berhasil membantu badak sumatra melahirkan bayi. Momentum ini menandakan jalan menuju keberhasilan konservasi badak sumatra yang terancam punah.

Ada banyak kabar lain tentang keberhasilan konservasi untuk memulihkan berbagai spesies dari seluruh dunia. Akan tetapi, apakah dengan sistem konservasi selama ini, berhasil memulihkan mereka yang terancam punah? Penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature, Rabu (20/04/2022) mengungkapkan keberhasilan konservasi tergantung pada manajemen yang menjalankannya.

Penelitian itu diterbitkan dengan tujuan mengingatkan para pemimpin dunia. Mei mendatang, para pemimpin bertemu di Tiongkok dalam Konferensi Para Pihak (COP-15), membahas upaya konservasi global untuk dekade berikutnya.

Secara resmi pertemuan itu ingin melindungi secara cepat 30 persen keanekaragaman hayati pada 2030. Namun penelitian terbaru mengatakan, target cepat ini tidak akan menjamin bisa efektif. Banyak yang mengira, target itu bisa dipenuhi dengan membuat banyak kawasan lindung, sementara studi terbaru mengatakan cara itu kurang tepat.

Baca Juga: 170 Tahun Kebun Raya Cibodas: Usaha Konservasi hingga Wisata Alam

Baca Juga: Kerap Jelajahi Lautan Tanpa Batas, Jejak Satwa Purba Itu Ditemukan di Sudut Taka Bonerate

Baca Juga: Pusparagam Cycloop: Patroli Warga Menjaga Sang Ibu Kehidupan

Makalah terbaru itu berjudul "Protected areas have a mixed impact on waterbirds, but management helps". Para peneliti berfokus pada dampak 1.500 kawasan lindung di 68 negara terhadap jenis burung-air. Mereka mecnatat, ada sekitar 27.000 populasi burung air yang memiliki relevansi lebih luas terhadap penelitian tentang konservasi.

"Kami tahu bahwa kawasan lindung dapat mencegah hilangnya habitat, terutama dalam hal menghentikan deforestasi," kata penulis utama studi Hannah Wauchope, dari Centre for Ecology and Conservation, College of Life and Environmental Sciences, University of Exeter, Inggris.

"Namun, kami memiliki pemahaman yang jauh lebih sedikit tentang bagaimana kawasan lindung membantu satwa liar," lanjutnya di Science Daily. "Studi kami menunjukkan bahwa, sementara banyak kawasan lindung berfungsi dengan baik, banyak lainnya gagal memberikan efek positif."

Studi ini menyelidiki keberhasilan konservasi burung-air dengan metode "sebelum-sesudah-pengendalian intervensi" (BACI). Wauchope dan tim membandingkan tren populasi burung-air sebelum kawasan lindung ditetapkan dengan tren sesudahnya. Selain itu juga mereka membandingkan tren populasi burung-air serupa di dalam dan di luar kawasan lindung.

Cangak abu (Ardea cinerea) adalah burung air residen (lokal) yang hidup di dalam kawasan Hutan Lindung Angke Jakarta. Cangak abu hidup di kawasan pesisir dengan ikan dan kerang sebagai makanannya. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)