Setelan Baju Batu Giok Abadi dari Makam Elite Dinasti Kaisar Tiongkok

By National Geographic Indonesia, Kamis, 23 Maret 2023 | 18:00 WIB
Baju Zirah Batu Giok Abadi adalah setelan baju yang digunakan untuk menguburkan kaum elite dari masa kekaisaran Dinasti Han, Kekaisaran Tiongkok. Apa tujuannya? (Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Jas pemakaman batu giok merupakan kerajinan tangan dari Kekaisaran Tiongkok Dinasti Han Tiongkok. Busana ini digunakan untuk upacara penguburan elite Tiongkok dan anggota kelas bangsawan dan dan anggota keluarga kerajaan.

Orang Tiongkok mulai memiliki daya tarik terhadap batu giok sejak 6000 SM selama periode Neolitik, mereka biasanya memproduksi alat atau senjata ritual dan ornamen sebagai simbol kekuatan politik dan otoritas agama.

Salah satu pusat manufaktur batu giok pertama yang diketahui terletak di Delta Sungai Yangtze Tiongkok yang didirikan oleh orang-orang dengan budaya Liangzhu (3300–2300 SM). Mereka biasanya mengolah batu giok nephrite untuk barang-barang giok utilitarian dan seremonial dari deposit yang sekarang habis di daerah Ningshao.

Dengan munculnya Dinasti Han (dinasti kekaisaran kedua Tiongkok) dari 202 SM, benda-benda dari batu giok semakin dihiasi dengan motif hewan dan motif lainnya. Ukiran pada peranti seperti pengait sabuk menjadi bagian dari kostum elite.

Contoh baju zirah giok kelas menengah Dinasti Han, Kekaisaran Tiongkok, (Shutterstock)

Karena kekerasan, daya tahan, dan warna tembus cahaya yang halus, giok dikaitkan dengan konsepsi Tiongkok tentang jiwa, kualitas pelindung, dan keabadian dalam esensi batu (yu zhi, shi zhi jing ye).

Hubungan dengan umur panjang batu giok terlihat dari teks oleh sejarawan Tiongkok Sima Qian (145–86 SM) tentang Kaisar Tiongkok Wu dari Han (157 SM–87 SM). Ia digambarkan memiliki cangkir batu giok bertuliskan kata-kata yang bermakna "panjang umur kaisar" dan memanjakan dirinya dengan ramuan bubuk giok yang dicampur dengan embun manis.

Han berpikir bahwa setiap orang memiliki dua bagian jiwa: roh-jiwa (hun) yang melakukan perjalanan ke surga akhirat abadi (xian), dan tubuh-jiwa (po) yang tetap berada di kuburan atau makamnya. Bumi hanya dipertemukan kembali dengan roh-roh melalui upacara ritual. Para penguasa Han awal percaya bahwa batu giok akan melestarikan tubuh fisik dan jiwa yang melekat padanya dalam kematian. Cakram batu giok besar dan kecil ditempatkan di sekitar almarhum.

Baca Juga: Kehidupan Tragis Puyi, Kaisar Tiongkok Terakhir Sebagai Tawanan Soviet

Baca Juga: Shunzhi, Kaisar Tiongkok dari Dinasti Qing yang Hilang Misterius

Baca Juga: Puyi, Kaisar Tiongkok yang Pertama Kali Belajar Bahasa Inggris

Baca Juga: Para Kaisar Tiongkok Tergiur ‘Ramuan Keabadian’, Tak Sadar Itu Racun 

Tradisi ini berkembang menjadi praktik kubur dengan pakaian pemakaman batu giok berornamen. Busana ini benar-benar membungkus almarhum dalam ribuan potongan batu giok yang dipoles dan dijahit bersama dengan benang.

Mereka percaya bahwa setelan itu memastikan tubuh akan tetap abadi. Diperkirakan pekerjaan itu membutuhkan ratusan pengrajin, dan lebih dari sepuluh tahun untuk memoles pelat batu giok yang dibutuhkan untuk satu setelan. Setelan busana batu giok pun menjadi simbol kekuatan dan kekayaan almarhum.

Baju zirah batu giok abadi adalah setelan baju yang digunakan untuk menguburkan kaum elite dari masa kekaisaran dinasti Han. (Maksim Gulyachik)

Menurut Hòu Hànsh (Kitab Han Akhir), jenis benang yang digunakan bergantung pada status. Busana batu giok seorang kaisar dijalin dengan emas, sementara bangsawan menengah dan bangsawan tingkat tinggi dengan perak, putra dan putri bangsawan menengah dengan tembaga, dan bangsawan peringkat rendah dengan sutra.

Diyakini bahwa praktik tersebut berhenti pada masa pemerintahan kaisar Tiongkok pertama negara bagian Wei pada periode Tiga Kerajaan (220-280 M). Penyebabnya, mereka takut akan perampok makam yang akan menjarah busana batu giok itu dan mengambil benang emas atau peraknya.

Penyebutan pemakaman baju giok dalam teks sejarah pernah dianggap hanya sebagai legenda, sampai ditemukannya dua setelan giok lengkap di makam Pangeran Liu Sheng dan istrinya Putri Dou Wan di Mancheng, Hebei pada 1968. Setelan baju giok itu memiliki 20 batu itu menjadi temuan termasyhur pakaian pemakaman giok di Tiongkok hingga saat ini.