Nationalgeographic.co.id—Suatu hari di bulan Juni 1764, Jeanne Boulet menggembalakan ternak di lembah berhutan dekat Sungai Allier di Gévaudan, Prancis.
Ia terluka parah saat ditemukan. Kematiannya yang tidak biasa itu dipercaya sebagai serangan serigala. “Anak-anak sering menggembalakan ternak di sana. Serigala adalah bagian yang berbahaya dari kehidupan di desa,” tutur Juan José Sánchez Arreseigor kepada National Geographic.
Kejadian ini bukan pertama kalinya. Banyak kematian yang disertai dengan luka parah, potongan, bahkan kepala yang terpenggal. Apa pun yang membunuhnya, itu jauh lebih ganas daripada serigala biasa. Sejak kejadian itu, rumor tentang manusia serigala pun beredar dengan cepat. Makhluk mematikan itu dikenal sebagai la bête, binatang buas.
Manusia serigala meneror Gévaudan selama tiga tahun, menewaskan sebanyak 100-300 orang menurut sumber yang berbeda. Ini menyebabkan lebih dari seratus serigala dibunuh di Gévaudan antara tahun 1764 dan 1767.
Namun para ahli masih mencoba menentukan apakah salah satu dari serigala itu bertanggung jawab atas serangan keji di Gévaudan.
Surat kabar ‘membumbui’ serangan makhluk yang menakutkan
Daerah Gévaudan yang bersejarah, terletak di dataran tinggi Massif Central yang terjal, melintasi wilayah Auvergne dan Languedoc Prancis.
Gévaudan pernah makmur di masanya, tetapi perang abad ke-16 telah menghancurkan ekonomi pedesaan. Ini membuat penduduknya menjadi sangat miskin dan bergantung dari ternak saja.
Setelah kematian Boulet dan setengah lusin kasus berikutnya, para gembala muda bersatu, tetapi makhluk itu tidak terkalahkan. Serangan keji berlanjut, merenggut nyawa sebagian besar wanita dan anak-anak.
Pada musim gugur tahun 1764, kabar tentang monster yang menakutkan menyebar ke seluruh Prancis.
Makhluk itu menjadi obsesi nasional berkat editor Courrier d'Avignon, François Morénas. Sempat mengalami kekeringan berita, ia menjajakan kisah sensasional dari Gévaudan untuk meningkatkan penjualan surat kabar. Juga menyebarkan berita tentang makhluk itu ke seluruh negeri.
“Serangan-serangan ini menimbulkan ketakutan, yang semakin dipicu oleh pelaporan dramatis dari koresponden Morénas,” tutur Arreseigor.