Nationalgeographic.co.id—Seekor ular cantik yang tidak berbisa ini, sebelumnya tidak diketahui oleh sains. Ular tersebut ditemukan di Paraguay. Para peneliti dari LSM Paraguay Para La Tierra dengan kolaborasi Guyra Paraguay dan Instituto de Investigación Biológica del Paraguay menjelaskan bahwa ular tersebut adalah spesies baru. Reptil ini juga dianggap sebagai spesies fosil, yang berarti ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menggali dan berburu tepat di bawah permukaan tanah.
Reptil itu bergenus Phalotris, yang memiliki 15 spesies semi-bawah tanah yang didistribusikan di Amerika Selatan bagian tengah. Kelompok ular ini terkenal karena warnanya yang mencolok dengan pola merah, hitam, dan kuning. Phalotris adalah sekelompok kecil hingga menengah, ular semi-fossorial dalam keluarga Colubridae.
Phalotris kurang terwakili dalam koleksi museum, tetapi 15 spesiesnya saat ini diakui dipisahkan menjadi tiga kelompok spesies: kelompok tiga warna dari lima spesies, kelompok bilineatus dengan empat spesies, dan kelompok nasutus yang mencakup enam spesies.
Jean-Paul Brouard, salah satu peneliti yang terlibat, menemukan individu spesies baru secara kebetulan saat menggali lubang di Rancho Laguna Blanca pada tahun 2014. Bersama dengan rekan-rekannya Paul Smith dan Pier Cacciali, ia menggambarkan penemuan tersebut di alam terbuka dan menuliskan hasil temuan mereka ke dalam jurnal ilmiah Zoosystematics and Evolution yang diterbitkan pada 7 Maret 2022 dengan judul A new species of Phalotris (Serpentes, Colubridae, Elapomorphini) from Paraguay.
Penulis memberinya nama Phalotris shawnella, untuk menghormati dua orang anak—Shawn Ariel Smith Fernández dan Ella Bethany Atkinson—yang lahir pada tahun yang sama dengan Fundación Para La Tierra (2008). Mereka telah menginspirasi para pendiri LSM untuk bekerja demi konservasi satwa liar Paraguay, dengan harapan bahwa anak-anak mereka dapat mewarisi dunia yang lebih baik lagi.
Ular Phalotris baru ini terlihat sangat menarik dan dapat dibedakan dari spesies lain yang terkait dalam genusnya dengan kepala merahnya yang dikombinasikan dengan kerah kuning, pita lateral hitam dan sisik perut oranye dengan bintik hitam yang nampak tidak beraturan, membuat tubuhnya semakin mencolok.
Penulis makalah percaya bahwa reptil itu terancam punah karena sejauh ini hanya tiga individu ular yang ditemukan dan hanya di dua daerah di provinsi San Pedro di Paraguay Timur. Telah ditemukan di Laguna Blanca dan Colonia Volendam. Dari ketiga ular tersebut, hanya satu yang benar-benar ditangkap untuk penelitian, sementara dua lainnya melarikan diri.
Kelangkaan ekstrem dari spesies ini membuat peneliti menganggapnya sebagai "Terancam Punah," menurut kategori konservasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), yang berarti terancam punah jika tidak ada tindakan untuk perlindungan.
Baca Juga: Sejarah Permainan Ular Tangga, Jadi Alat Pengajaran Agama Hindu
Baca Juga: Spesies Ular Baru di Himalaya Barat Ditemukan Lewat Unggahan Instagram