Begini Caranya Bangsa Mesir Kuno Membuat Mumi selama 70 Hari

By Sysilia Tanhati, Jumat, 20 Mei 2022 | 11:00 WIB
Tubuh almarhum yang telah dilengkapi dengan baik untuk kerasnya kehidupan setelah kematian dapat bergabung kembali dengan unsur-unsur jiwanya. (Pexels/Alexandra_Koch)

Dalam seni Mesir Osiris sering menjadi mumi, tugas yang dilakukan oleh dewa Anubis. Mitos tersebut menekankan bagaimana orang Mesir percaya bahwa jiwa tidak memiliki harapan untuk menavigasi akhirat kecuali tubuhnya utuh.

Bisnis mumifikasi

Awalnya, mumifikasi adalah pelestarian eksklusif royalti dan pengadilan. Selama periode Kerajaan Lama (2575-2130 Sebelum Masehi), hanya ada satu tim pembalsaman kerajaan. Tim ini membuat mumi anggota keluarga firaun, abdi dalem, dan pejabat yang diberi hak istimewa oleh raja. Belakangan, ritual itu mulai beredar di kalangan masyarakat. Pembalsam independen pun menjamur dan melakukan usaha sendiri. “Tingkat pengerjaan sangat bervariasi tergantung pada seberapa banyak pelanggan mampu membayar,” tambah Sosa.

Pembalsam dianggap sebagai profesional yang berkualitas karena memiliki pengetahuan anatomi dan harus melakukan serangkaian ritual. Tidak jarang mereka dipandang sebagai dokter dan anggota kelas sosial imam.

Berbagai papirus telah ditemukan yang merinci berbagai profesional yang terlibat dalam proses tersebut. Salah satu yang paling terkenal adalah ‘Lord of Secrets’ (hery sesheta), yang melakukan ritual mengenakan topeng Anubis. Ia adalah dewa pembalsaman yang diyakini telah melakukan mumifikasi Osiris sendiri.

Ada juga pendeta lektor (hery heb), yang membacakan instruksi ritual dan mantra sihir saat pembalut diterapkan. Sementara itu, pemotong mengeluarkan paru-paru, hati, perut, dan usus dari sayatan di sisi mayat. Status sosial mereka adalah yang terendah karena kenajisan yang terkait dengan ritual.

Proses mumifikasi

Pembalsam melakukan tugas mereka selama fase waktu antara kematian dan penguburan, biasanya berlangsung lebih dari 70 hari.

Namun proses ini bisa berlangsung lebih lama. Satu catatan mengisahkan bagaimana ratu dinasti ke-4 Meresankh III, istri Firaun Khafre, tidak dimakamkan sampai 274 hari setelah kematiannya.

Menulis pada abad kelima Sebelum Masehi, sejarawan Yunani Herodotus mengamati bagaimana ketika masa berkabung telah berakhir. Tubuh diberikan kepada para pembalsam dan mereka menunjukkan beberapa pilihan mumi dalam bentuk gambar.

Setelah harga disepakati, pekerjaan pembalsam akan dimulai. Tahap pertama dilakukan dengan cukup cepat, karena mayat mudah membusuk di tengah sengatan panas Mesir.

Ritual penyucian bagi almarhum berlangsung selama tiga hari di bangunan sementara yang disebut ibw, di mana tubuh dimandikan. Setelah tubuh disucikan, ia dibawa ke wabet (tempat suci) atau per nefer (rumah kecantikan), di mana mumifikasi sebenarnya dimulai.