Orang-orang Belanda Berbahasa Sunda di Perkebunan Priangan Abad Ke-19

By Galih Pranata, Senin, 23 Mei 2022 | 07:24 WIB
Seorang administratur perkebunan di kawasan Buitenzorg (sekarang Bogor) harus cakap berbahasa Sunda. (Collection Troopenmuseum)

Nationalgeographic.co.id—Koran-koran berbahasa Belanda tersimpan rapi dalam koleksi digital Universiteit Leiden, nampaknya menarik untuk dibaca kembali.

Pasalnya, ada berita tentang lowongan kerja bagi pegawai perkebunan di Priangan, membutuhkan orang-orang Belanda yang mampu berbahasa Sunda.

Dengan dimulai kata "Gevraagd" yang berarti dicari atau dibutuhkan, atau juga “vraagt” yang berarti mencari, perusahaan-perusahaan Belanda meluncurkan iklan tentang kebutuhan pekerja.

Atep Kurnia dalam risetnya menyebutkan tentang kebutuhan pegawai perkebunan yang terpampang di koran-koran lawas. Lowongan itu ditujukan bagi orang-orang Belanda untuk mengawasi kinerja para petani di perkebunan-perkebunan.

Atep Kurnia menulis dalam jurnal Lopian: Jurnal Pengetahuan Lokal berjudul Het Soendaneesch Vereischte: Bahasa Sunda bagi para Pegawai Perkebunan di Priangan, 1890-1928 yang terbit pada tahun 2021.

Uniknya, untuk dapat memaksimalkan kinerjanya di perkebunan, perusahaan onderneming Belanda mencari para pegawai yang mampu bahkan mahir berbahasa Sunda.

Atep juga menjelaskan bahwa iklan lowongan kerja pada surat-surat kabar Belanda di zamannya, menawarkan gaji kepada para pegawai Belanda di perkebunan sebesar f.100 gulden hingga f.250 gulden.

"Rata-rata yang dibutuhkannya adalah anak-anak muda berusia 20-an tahun, yang berasal dari keluarga baik-baik, tidak punya kebiasaan minum-minum, dan sejumlah keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaannya," tulis Atep.

Meski begitu, tidak memungkiri juga beberapa pihak perkebunan di Priangan menerima Belanda paruh baya. Yang penting mereka bisa berbahasa Sunda!

Sebut saja perusahaan Muhlnickel & Co yang berdomisili di Buitenzorg (Bogor), membutuhkan tenaga kerja paruh baya, yang "familiar dengan urusan tanaman teh dan kopi, tahu urusan perdesaan, dan cakap berbahasa Sunda!"

Dari jenis kelaminnys, pekerja yang dicari rata-rata adalah lelaki. Namun, ada pula yang membutuhkan tenaga kerja perempuan Eropa sebagaimana kebutuhan rumah tangga orang Eropa. Menariknya lagi, perempuan yang dicari adalah yang cakap berbahasa Sundanya.

Seperti termaktub dalam surat kabar AID edisi 18 Juni 1909, P. Holten yang merupakan administratur perkebunan di Ciogreg, Buitenzorg, membutuhkan seorang perempuan. Tugasnya untuk mengurus segala keperluan rumah tangga.

"Pegawai yang diinginkan Holten adalah perempuan Eropa yang bahasa Sundanya bagus (Goed Soendaneesch spreken) dan punya minat pada hortikultura," sebut Atep Kurnia dalam jurnalnya.

Moda transportasi di perkebunan teh Priangan adalah dengan menggunakan tandu. Terlihat seorang wanita Eropa ditandu oleh beberapa pria pribumi sekitar tahun 1910. (Collection Troopenmuseum)

Agaknya, bahasa Sunda menjadi syarat mutlak bagi korporasi besar perkebunan Belanda di tanah Priangan. Sebut saja Pamanoekan en Tjiasemlanden (Subang) dan Muhlnickel & Co (Bogor) yang sering memajang iklan kebutuhan orang Eropa yang mahir bahasa Sundanya.

Pengelola onderneming tersebut meyakini bahasa Sunda menjadi penting untuk dikuasai di perkebunan Priangan. Diketahui, gerakan berbahasa Sunda sudah dilakukan pemerintah Kolonial ke pemukiman Eropa di Priangan sejak tahun 1818.

Sejak diberlakukannya Regeringsreglement van 1818, seluruh pegawai kedinasan Hindia Belanda mulai mempelajari bahasa-bahasa lokal, termasuk bahasa Sunda. Mulai dari Gubernur Jenderalnya sampai kepada administratur onderneming di pedalaman, wajib menguasai bahasa pribumi.

  

Baca Juga: Onderneming Banyuasin Mendorong Lahirnya Modernitas di Masyarakat

Baca Juga: Orang-Orang Belanda Pernah Disibukkan Menulis Kamus Belanda-Sunda

Baca Juga: Sisi Gelap Tarian Ronggeng di Perkebunan Subang Awal Abad Ke-20

Baca Juga: Perkecuan di Klaten Akibat Krisis Petani Perkebunan Belanda Sejak 1875

   

Salah satu cara aplikatif dalam mempelajari bahasa Sunda, digambarkan oleh Atep tentang tuan tanah berkebangsaan Belanda, bernama Andries de Wilde. Ia merupakan tuan tanah di perkebunan Sukabumi yang getol belajar bahasa Sunda.

Lantas, setelah mampu menguasai bahasa Sunda. Banyak di antara orang-orang Belanda menulis buku panduan untuk memperdalam bahasa Sunda, demi melancarkan orang-orang Belanda mencari pekerjaan, utamanya di perkebunan Priangan.

Wilde contohnya, ia sampai mampu membuat kamus Belanda-Sunda berjudul Nederduitsch-Maleisch en Soendasch Woordenboek: benevens Twee Stukken tot Oefening in Het Soendasch yang diterbitkan tahun 1841.