Dari Busana hingga Makanan, Kota Kecil Ini Mendaur Ulang Limbahnya!

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 25 Mei 2022 | 07:00 WIB
Kamikatsu, kota kecil di  di tengah pulau Shikoku, Jepang, punya kebiasaan zero-waste yang bisa jadi contoh pendauran ulang barang-barang bekas seperti baju demi mengurangi karbon. Bisakah Indonesia mencontohnya?
Kamikatsu, kota kecil di di tengah pulau Shikoku, Jepang, punya kebiasaan zero-waste yang bisa jadi contoh pendauran ulang barang-barang bekas seperti baju demi mengurangi karbon. Bisakah Indonesia mencontohnya? (Yuki Shimazu/Wikimedia)

Kebanyakan yang terlibat adalah wanita berusia 70 tahun ke atas untuk memetik daun dan membuat desain yang rumit. Daunnya kemudian dijual ke spa, hotel, dan restoran kelas atas di Jepang, hingga ke negara-negara Asia untuk menciptakan dekorasi berkelanjutan.

Zero Waste Center di Kamikatsu. Di sini, semua limbah didaur untuk digunakan kembali. Barang-barang bekas bisa diambil dan didata.
Zero Waste Center di Kamikatsu. Di sini, semua limbah didaur untuk digunakan kembali. Barang-barang bekas bisa diambil dan didata. (CC0 1.0/Wikimedia Commons)

"Bisnis kami membantu orang menyadari bahwa ada barang-barang berharga, bahkan dalam hal-hal biasa sehari-hari di sekitar mereka," kata Tomoji Yokoishi, kepala eksekutif Irodori.

Otsuka menerangkan, ada dua hal yang membuat daur ulang di Kamikatsu jadi budaya dan kebiasaan, yakni kebijakan dan kerja sama. Undang-undang Jepang di tahun 1997 memberikan kota berwenang untuk mendaur ulang sampahnya, sementara.

Dua hal adalah kunci untuk menciptakan budaya daur ulang yang meluas, katanya: kebijakan, seperti undang-undang Jepang tahun 1997 yang memberi kota dan kota wewenang untuk mendaur ulang sampah, dan kerja sama penduduk.

Keberlanjutan kota Kamikatsu bisakah diterapkan di Indonesia?

Jawabannya, mungkin saja. Sebuah studi tahun 2020 melirik Situ Ciburuy yang terletak sekitar 21 kilometer barat laut Bandung, Jawa Barat. Filson Sidjabat dari Teknik Lingkungan Presiden University bersama rekannya mempublikasikan laporan itu di Journal of Physics Conference Series berjudul Kamikatsu Japan’s Ecovillage Conceptual Framework for Environmental Management (Case Study: Lake Ciburuy, West Java, Indonesia).

  

Baca Juga: Tukar Sampah dengan Seporsi Nasi. Datanglah ke Restoran Ini!

Baca Juga: Peluang Bumi: Apakah Bumi Selalu Menyediakan Kehidupan untuk Kita?

Baca Juga: Ekonomi Sirkular: Siasat Mewajibkan Limbah Didaur Ulang di Segala Lini

Baca Juga: Aktivitas Konsumsi Manusia Berdampak Pada Lingkungan, Bagaimana Mengatasinya?

Baca Juga: Apakah Ekonomi Sirkular Bisa Menjadi Solusi Permasalahan Lingkungan?

    

Menurutnya, Situ Ciburuy punya potensi yang terabaikan sebagai eco-village dan eco-tourism, karena punya keunikan danau di dekatnya yang terus menjadi lokasi wisata. Sayangnya, "meski danau ini digunakan untuk bisnis, tidak ada warga sekitar yang menghargai lingkungan," tulis Filson dan rekan.

Menurut mereka, jika ingin membuat Ciburuy seperti Kamikatsu, ada lima aspek pengelolaan limbah di sana yang harus dievaluasi dan didesain ulang: aspek regulasi, aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek sosial budaya, dan aspek teknis operasional.

"Infrastruktur yang berkelanjutan harus membawa kita pada pengelolaan lingkungan yang terintegrasi, terutama pada masalah limbah," tulis mereka. "Pada tahap selanjutnya dari implementasi konseptual ini, banyak dampak positif yang akan terjadi bagi warga dan alam Situ Ciburuy. Begitu diterapkan di desa Ciburuy maka akan lahir desa yang jauh lebih sehat dan sejahtera."