Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos, Mengungkap Sisi Lain Histori Kota

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 26 Mei 2022 | 09:04 WIB
Ady Setyawan melintas di depan bekas gudang VOC barat, kini Museum Bahari, di kawasan Kota Tua Jakarta. Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos digelar oleh #SayaPejalanBijak. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Baca Juga: Herman Willem Daendels dalam Pemberantasan Korupsi di Hindia Belanda

Baca Juga: Reconnect Vol. 2: Perjalanan Menyusuri Wajah Baru Pantai Indah Kapuk

  

Barrington juga mencatat bahwa tidak jauh dari Ranu Grati, ada arca dan peninggalan lainnya dari periode Majapahit yang mengeluarkan air. Sampai saat ini sisa-sisa itu masih ada. Tetapi, yang terlupakan adalah populasi monyet yang kini telah hilang.

Ady memeriksa arsip foto Leiden University bahwa pada masa Hindia Belanda, kawanan monyet itu masih ada dan begitu dekat dengan manusia. Lewat ekspedisi ini, dia mencari tahu apa yang menyebabkan pada hari ini satwa ini tiada.

"Perjalanan ini akan berjumpa dengan komunitas-komunitas di setiap kota," kata Faisal Anwari Lubis selaku Community Officer #SayaPejalanBijak. "Salah satu misi kita sebagai pejalan adalah berempati pada setiap tempat dan perjumpaan." Dalam Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos, yang membentang sekitar seribu kilometer, etika berkendara dan keselamatan bersama di jalan raya akan menjadi salah satu bagian misinya. "Semoga perjalanan ini mencapai apa yang kita cita-citakan dan selamat sampai tujuan."

Bimo Ario Sulistyo Rides and Community Manager di Royal Enfield menjelaskan, dukungan tidak hanya berupa sepeda motor, tetapi juga panduan teknis agar aman dan nyaman, serta kesiapan darurat saat perjalanan berlangsung.

"Kita sudah ada namanya roadside assitance. Jadi kita ada back-up, kita punya partner dengan salah satu perusahaan towing motor yang akan membantu apabila terjadi trouble seperti ban bocor, mogok karena akinya drop, kehabisan bensin, atau tidak bisa diperbaiki di tempat sehingga harus dibawa ke bengkel terdekat," terang Bimo. Layanan itu bisa dihubungi dalam 24 jam jika memerlukan bantuan.

Mahandis Yoanata Thamrin, Editor in Chief Intisari dan managing Editor National Geographic Indonesia, mengatakan, "Kami mendukung perjalanan bersejarah ini. Perjalanan yang tidak sekadar menyaksikan kota-kota yang dilalui Jalan Raya Pos, tetapi juga mengungkap kembali narasi histori yang nyaris hilang, jejak budaya, sosial, dan ekonomi yang berdenyut hingga hari ini. Kemudian dia menambahkan, "Kami juga berbangga hati karena Ady Setyawan adalah pembaca dan pelanggan setia majalah Intisari."