Pendidikan dan Pekerjaan Era Digital Jadi Sorotan Forum B20 Indonesia

By Utomo Priyambodo, Senin, 30 Mei 2022 | 17:00 WIB
Pendidikan dan pekerjaan di era digital. (PxHere)

Nationalgeographic.co.id—Pandemi telah membuat banyak perubahan pada sektor pendidikan dan pekerjaan. Para siswa mengalami penurunan kemampuan belajar dan pengetahuan akibat keterbatasan ruang dan waktu belajar selama pandemi. Banyak pengusaha mengalami penurunan laba akibat pembatasan sosial dan bahkan banyak pekerja kehilangan pekerjaan akibat ketidakstabilan ekonomi di masa pagebluk ini.

Kegiatan belajar-mengajar kini banyak beralih ke digital. Begitu pula berbagai kegiatan yang terkait perekonomian yang tentunya menyangkut pekerjaan banyak orang.

Kantor Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia), sebagai penyelenggara Presidensi B20 Indonesia, menyoroti isu ini dengan menggelar forum diskusi virtual terkait masa depan pendidikan dan pekerjaan di era digitalisasi. Forum diskusi yang menjadi rangkaian side event B20 Indonesia ini digelar pada Jumat, 27 Mei 2022.

Forum diskusi ini dihadiri oleh sejumlah tokoh dari berbagai institusi dan organisasi untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran bagaimana membangun peta jalan dunia pendidikan dan pekerjaan di era transisi digital. Diskusi virtual ini dilatarbelakangi isu yang menjadi perhatian B20 melalui Future of Work and Education Task Force, terkait digitalisasi yang telah mendorong percepatan pemanfaatan teknologi di berbagai sektor, termasuk dunia pendidikan.

B20 Indonesia Future of Work and Education Task Force memiliki fokus kerja untuk memberikan rekomendasi kebijakan bagi negara-negara G20. Rekomendasi kebijakan yang diberikan bertujuan untuk mendorong kemampuan lembaga pendidikan dan sektor bisnis dalam berkolaborasi agar mampu beradaptasi dengan metode baru dunia pendidikan berbasis teknologi digital.

Pandemi yang telah berlangsung sejak dua tahun lalu, semakin mempercepat perubahan sistem pendidikan global. Pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi menjadi kian lumrah di tengah restriksi dan pembatasan pergerakan manusia sebagai dampak pandemi COVID-19. Namun tak bisa dipungkiri akselerasi penggunaan teknologi digital masih belum maksimal.

Pemerataan pemanfaatan teknologi masih menjadi masalah global yang mengemuka antara negara maju dan berkembang. Di antaranya terkait masalah ketidaksiapan infrastruktur, keterbatasan sarana prasarana belajar yang berbasis teknologi digital, hingga isu literasi di sektor pendidikan yang perlu diakselerasi.

Baca Juga: Metaverse: Dunia Virtual dalam Digital. Apakah Kita Membutuhkannya?

Baca Juga: Pandemi Berikutnya Datang Karena Perubahan Iklim Tak Terhindari

Baca Juga: Kisah Pandemi Kolera yang Menghancurkan Kanada di Tahun 1832

Ketua B20 Future of Work and Education Task Force, Hamdhani D. Salim, mengatakan teknologi yang menjadi penggerak ekonomi digital, menjadi salah satu fokus yang perlu menjadi perhatian karena terkait permasalahan pendidikan. Pendidikan adalah fondasi menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi era pekerjaan di masa akan datang. Pemerataan akses teknologi digital yang inklusif menjadi isu krusial Presidensi B20 Indonesia.

"Saat ini problemnya, ada pada ketimpangan infrastruktur digital antara negara maju dan berkembang, termasuk soal pembiayaan, kesiapan perusahaan, literasi digitalnya termasuk soal akses pengetahuan atau pendidikan," kata Hamdhani D. Salim.

Menurut Hamdhani, pandemi dan perubahan iklim mendorong digitalisasi semakin cepat bergulir sehingga mengarahkan dunia kerja untuk mampu dan siap menerapkan teknologi. Alhasil, dunia pendidikan harus secara cepat beradaptasi menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam menghadapi pola dan dunia kerja masa depan.

"Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melalui penciptaan pekerjaan dan pendidikan berkelanjutan dengan membangun sistem terintegrasi yang mampu menciptakan wirausahawan, meningkatkan kapasitas UMKM, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Terutama bidang vokasi dan pelatihan berbasis keahlian seperti pembelajaran digital untuk era pasca pandemi," jelas Hamdhani.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang HI, Bernandino Vega Jr., mengatakan Indonesia memiliki bonus demografi angkatan muda dan harus mampu mengoptimalkan potensi tersebut. Menurutnya, kita harus mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam memanfaatkan teknologi di dunia pendidikan agar bisa matching dengan kebutuhan dunia bisnis dan industri masa depan.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94% total populasi. Adapun generasi milenial di Indonesia mencapai 69,38 juta jiwa atau 25,87 % dari total populasi.

Teknologi digital perlu dipelajari dan dimanfaatkan secara optimal oleh semua generasi, terumata generasi muda, karena tidak hanya mengubah lanskap dunia pendidikan dan pola pekerjaan, tetapi juga ekonomi secara global. Ekonomi digital akan mengubah secara fundamental berbagai bentuk aktivitas ekonomi yang ditandai dengan transisi pola kegiatan ekonomi konvensional ke pola yang memanfaatkan teknologi.

Transformasi digital ini perlu dimanfaatkan negara-negara berkembang. Sebab, ekonomi digital berpotensi menjadi medium akselerasi pembangunan ekonomi yang inklusif bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.