Tak Perlu Beli Baru, Ikuti Gerakan Saling Bertukar oleh SayaPilihBumi

By Utomo Priyambodo, Selasa, 31 Mei 2022 | 08:00 WIB
Gerakan saling bertukar pakaian yang pernah digelar SayaPilihBumi pada 2019. (SayaPilihBumi)

Nationalgeographic.co.id—SayaPilihBumi, sebuah gerakan dari National Geographic Indonesia yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mengubah perilaku menjadi individu-individu yang lebih bijak. Rencananya, SayaPilihBumi bersama sederet komunitas menggelar acara Barter.in Vol. 1: Gerakan Saling Bertukar pada 3 Juni 2022 di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan.

Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup pada 5 Juni, sekaligus menyuarkan kepedulian terhadap sampah tekstil dan mengampanyekan fesyen berkelanjutan.

Seperti arti katanya, barter merupakan sistem perdagangan yang di dalamnya terdapat kegiatan tukar-menukar barang. Barter.in sendiri adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk meminimalisir tingkat konsumerisme masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari sekaligus mengampanyekan gerakan #TakPerluBeliBaru dengan cara tukar menukar satu dan lainnya.

"Barter.in ini adalah gerakan saling bertukar. Tak perlu membeli sesuatu yang baru, cukup pakai yang ada. Bisa saling bertukar dengan teman ataupun keluarga sehingga bisa memperpanjang usia suatu barang untuk dampak yang baik bagi lingkungan dan sekitar," ujar Head of Community and Campaign National Geographic Indonesia, Diky Wahyudi Lubis.

"Gerakan ini juga dibuat untuk menanamkan bahwa its okay to repeating same clothes, same things dalam waktu yang lama. Dan walau sudah bosan, dibandingkan membeli baru, Barter.in bisa menjadi salah satu solusi," tegasnya.

Menurut European Parliament, produksi tekstil diperkirakan bertanggung jawab atas sekitar 20% pencemaran air bersih global. Selain itu, industri fesyen juga diperkirakan bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global. Angka ini lebih besar dari gabungan emisi karbon dari sektor penerbangan dan pelayaran laut internasional.

Gerakan saling bertukar baju diharapkan dapat mengurangi limbah tekstil. (SayaPilihBumi)

Menurut Badan Lingkungan Eropa, pembelian tekstil di Uni Eropa pada tahun 2017 menghasilkan sekitar 654 kilogram emisi karbon dioksida per orang. Sejak tahun 1996, jumlah pakaian yang dibeli di Uni Eropa per orang telah meningkat sebesar 40% menyusul penurunan tajam harga yang telah mengurangi masa pakai pakaian.

Tiap orang Eropa menggunakan hampir 26 kilogram tekstil dan membuang sekitar 11 kilogram setiap tahunnya. Pakaian bekas dapat diekspor ke luar Uni Eropa, tetapi sebagian besar (87%) hanya dibakar atau ditimbun.

Di Indonesia, ancaman limbah tekstil sama mengkhawatirkannya. Majalah National Geographic Indonesia edisi Maret 2020 "Tiada Lagi Sampah" pernah melansir data jenis sampah dari laporan bertajuk "Major sources and monthly variations in the release of land-derived marine debris from the Greater Jakarta area, Indonesia" yang terbit di jurnal Nature. Berdasarkan laporan studi ini, dari 18.273 temuan sampah di Jakarta, sekitar 8,2 persennya merupakan limbah pakaian.

    

Baca Juga: Gerakan Tukar Baju Mengemuka di Tengah Ancaman Limbah Tekstil