Mata Hari: Mata-mata Perang Dunia I Berdarah Jawa yang Eksotis

By Galih Pranata, Rabu, 1 Juni 2022 | 14:00 WIB
Margaretha Geertruida Zelle alias Mata Hari, potret lawas yang diwarnai oleh seniman Rusia, Olga Shirnina. (Public Domain/History of Yesterday)

Nationalgeographic.co.id—Foto bernuansa vintage dirias dengan manis oleh seniman Rusia, Olga Shirnia. Nyatanya, foto eksotis nan estetik itu menyimpan kisah panjang yang cukup menggemparkan dunia.

Sosok di balik foto tersebut ialah Mata Hari. Seorang wanita yang dieksekusi mati oleh regu tembak Prancis karena tuduhan menjadi spionase selama berkecamuknya Perang Dunia I.

Nama aslinya adalah Margaretha Geertruida Zelle. Ia lahir di Leeuwarden, Belanda, dari pasangan Adam Zelle dan istri pertamanya yang merupakan Indo (keturunan Belanda-Jawa), Antje van der Meulen.

Zelle (nama kecil Mata Hari) dibesarkan oleh keluarga pedagang yang kaya. "Tetapi kekayaannya menurun ketika dia berusia tiga belas tahun," tulis Nom de Plume kepada History of Yesterday.

Ia menulis dalam sebuah artikel berjudul Mata Hari: How a Housewife Became a Glamorous and Notorious Spy yang terbit pada 30 Oktober 2020.

Kemalangan menghampiri Zelle. "Ayahnya bangkrut dan orang tuanya bercerai. Dua tahun kemudian, ibunya meninggal dan keluarganya berantakan," imbuhnya.

Meskipun ayahnya menikah lagi pada tahun 1893, Zelle memilih untuk tinggal jauh dari rumah. Ia memilih tinggal dengan ayah baptisnya di Sneek, kemudian pindah dengan pamannya di Den Haag.

Ketika Zelle berusia delapan belas tahun, ia melihat iklan di surat kabar tentang seorang Kapten Tentara Belanda Rudolf MacLeod di Hindia Belanda yang sedang mencari pasangan hidup—seorang istri.

Ia melihatnya sebagai peluang untuk keluar dari kepayahannya. Zelle juga berniat untuk kembali ke kampung halaman ibunya di Jawa. "Meskipun MacLeod dua puluh tahun lebih tua darinya, Zelle menjawab iklan tersebut. Mereka akhirnya menikah pada 11 Juli 1895, di Amsterdam," lanjutnya.

Pasangan itu menetap di pulau Jawa dan memiliki dua anak: Norman-John dan Louise Jeanne. Selama tinggal di Jawa, Zelle sempat menyelami budaya Indonesia. 

Ia bergabung dengan komunitas tari lokal. Menurut de Plume, ia mengadopsi nama panggung Mata Hari yang dalam bahasa Melayu berarti "matahari" atau "mata hari".

Potret Mata Hari dalam balutan busana tarinya, diwarnai ulang oleh Olga Shirnina. (Public Domain/History of Yesterday)

Pernikahannya dengan MacLeod tidak seperti yang dibayangkan wanita muda itu. MacLeod, seorang pecandu alkohol. 

Selain itu, "ia juga kerap kali memukuli istrinya dan secara terbuka memelihara seorang njai, seorang selir yang tinggal di rumah Belanda—dalam bahasa Hindia Belanda," terus Nom de Plume. Ketika kembali ke Belanda pada tahun 1902, Zelle dan MacLeod resmi berpisah.

Setelah bercerai, Zelle memutuskan untuk mencari peruntungan di Prancis. Ia memiliki serangkaian pekerjaan di Paris, termasuk model artis dan pemain sirkus. Nama Mata Hari membuat karirnya benar-benar melejit!

Aksinya di Musée Guimet yang dibuka pada 13 Maret 1905, menjadi sensasi. Ia menyamar sebagai putri Jawa-Hindu yang dibesarkan untuk melakukan tarian upacara. Setidaknya, pengalamannya menari di Jawa memberinya panggung di Paris.

Pertunjukan Mata Hari yang gerah dan sugestif, menggabungkan striptis bertahap yang meninggalkan sedikit imajinasi. Dia kadang-kadang melepas semua kecuali pelindung dada dan gelangnya yang berhiaskan permata.

Potret Zelle alias Mata Hari setelah diwarnai oleh seniman Olga Shirnina. (Public Domain/History of Yesterday)

Ketika Perang Dunia I dimulai pada tahun 1914, Zelle bebas melintasi perbatasan karena Belanda adalah negara netral. Dia memiliki banyak kekasih di kalangan militer dan tidak khusus untuk kebangsaan mereka.

Pada tahun 1915, Zelle menginjak usia empat puluh dan tidak lagi diminati sebagai penari. Dia tampil untuk terakhir kalinya pada bulan Maret tahun itu.

Ketenaran Mata Hari selalu bergantung pada seksualitasnya yang tak terkendali, tetapi ketika kondisinya memburuk di seluruh Eropa, publik mulai memandangnya secara lebih kritis.

Pada musim panas 1916, salah satu kekasih Zelle, seorang pilot Rusia yang berjuang untuk Prancis dengan nama Kapten Vadim Maslov ditembak jatuh.

Ketika ia meminta izin untuk mengunjunginya, agen Biro Deuxième mengatakan kepadanya bahwa ia hanya akan diizinkan untuk melakukannya, jika ia setuju untuk menjadi mata-mata untuk Prancis.

"Mereka menawarinya satu juta franc untuk merayu Putra Mahkota Jerman Wilhelm agar mendapatkan rahasia militer," pungkasnya.

Belakangan diduga bahwa dia setuju untuk bertindak sebagai agen ganda untuk Jerman dengan imbalan uang. Apakah dia bermaksud memata-matai Jerman atau hanya menginginkan uang tidak pasti.

Pada Januari 1917, Jerman mengirimkan pesan radio ke Berlin yang dicegat oleh Prancis. Pesan tersebut mengisyaratkan bahwa seorang agen yang diduga adalah Mata Hari, telah memberi Jerman informasi yang berguna.

Diduga membantu Jerman dan berkhianat dengan Prancis, Zelle ditangkap di Paris pada 13 Februari 1917. Prancis membuat klaim bahwa aktivitasnya menyebabkan kematian sedikitnya 50.000 tentara Prancis.

Meskipun dia menyatakan tidak bersalah, dia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati oleh regu tembak. Wanita yang dikenal sebagai Mata Hari itu meninggal lebih awal pada 15 Oktober 1917.