Bak gayung bersambut, di perjalanannya, Raden Wijaya bertemu dengan para tentara Mongol yang melakukan ekspansi ke Jawa. Mereka sangat berambisi untuk menaklukan Kediri yang sangat kuat kedudukannya saat itu.
Gayatri mengajak Raden Wijaya untuk menghasut Mongol agar mau bekerjasama menyerang dan menaklukan Kediri. Pertempuran hebat pun akhirnya dimenangkan pihak Mongol beserta sekutunya.
Namun, siasat culas dibuatnya. Raden Wijaya mencegat pasukan Mongol yang tengah berpesta merayakan kemenangannya. Ia menyusun pasukan yang sudah sebulan dihimpun. Pasukan itu berhasil membunuh 200 tentara Mongol, membuat mereka lari tunggang langgang.
Baca Juga: Selidik Ahli Epigrafi: Nusantara dan Skandal Ilmiah Sejarah Majapahit
Baca Juga: Ternyata, Perempuan di Masa Majapahit Lebih Bebas Berekspresi
Baca Juga: Selidik Agama dan Kepercayaan Masyarakat pada Era Kerajaan Majapahit
Baca Juga: Grogol, Pedesaan Kalangan Bangsawan Majapahit di Pinggiran Trowulan
Kemenangan pasukan Raden Wijaya itu menandai dimulainya peradaban terbesar sepanjang sejarah Nusantara, berdirinya Kerajaan Majapahit. "Kemenangan yang berhasil diperoleh dengan berbagai pertumpahan darah, dirayakan dengan perayaan ulang tahun Gayatri ke-19 tahun," jelasnya.
Di momen itu juga, Gayatri dipinang Raden Wijaya sebagai istri keempat dengan menyandang gelar Rajapatni atau pendamping raja. Kecerdasan dan ketangguhannya mendampingi Raden Wijaya dalam mendirikan Majapahit adalah makna dari gelarnya itu.
Dari pernikahan itulah lahir generasi-generasi terbaik Majapahit, salah satunya adalah Hayam Wuruk yang merupakan cucu dari Gayatri. Hayam Wuruk juga yang menciptakan legasi untuk mendiang neneknya karena keluhuran jasanya bagi berdiri hingga kesuksesan Majapahit.
Selain itu, penunjukan Gajah Mada juga merupakan salah satu andil besarnya menuntun kesuksesan Majapahit.