Gunakan NFT, ISI Yogyakarta Gelar Pameran Seni Kreatif Internasional

By Utomo Priyambodo, Kamis, 2 Juni 2022 | 08:00 WIB
Pameran seni kreatif internasional bertajuk 'Recovery: Art for A Better Life'. Menariknya, sebagian karya seni dalam pameran ini juga ditampilkan secara online melalui non fungible token (NFT). (Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta)

Nationalgeographic.co.id—Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menyelenggarakan pameran seni kreatif internasional bertajuk "Recovery: Art for A Better Life". Pameran yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-38 ISI Yogyarkarta ini sedang berlangsung sejak 30 Mei hingga 15 Juni 2022.

Pameran seni kreatif internasional ini diadakan di dalam ruangan di Galeri R.J. Katamsi ISI Yogyakarta dan di luar ruangan di lingkungan Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta. Menariknya, sebagian karya juga ditampilkan secara online melalui non fungible token (NFT).

Karya-karya yang dipamerkan tidak hanya sebatas pada karya seni rupa, tetapi juga berbagai karya kreatif lainnya sehingga pameran ini dinamakan pameran seni kreatif internasional. Ada karya kreatif yang berbentuk film dokumenter, buku, hingga karya yang sifatnya tidak konvensional seperti yang ditampilkan lewat NFT.

Ada lima layar digital dalam satu ruangan yang dikhususkan untuk pameran melalui NFT ini. Para pengunjung pamern bisa melakukan scan barcode pada layar tersebut menggunakan ponsel sehingga dengan mudah dapat menikmati karya setiap seniman tersebut.

Setelah scan barcode, pengunjung bisa masuk ke wilayah di mana karya itu dipasarkan atau dipamerkan pada laman yang mereka tentukan. Jadi, pameran ini bersifat multiruang, ada indoor, outdoor, dan juga secara digital, termasuk lewat NFT ini.

Pada acara pembukaan pameran, disampaikan total ada 244 karya yang ditampilkan dalam pameran seni kreatif internasional ini. 161 karya di antaranya merupakan buah tangan dari mahasiswa, dosen, dan alumni ISI Yogyakarta. 23 lainnya merupakan karya dari para seniman mitra dalam negeri dan 60 karya lainnya dari para seniman mitra luar negeri.

Ketua Panitia Dies Natalis ke-38 ISI Yogyakarta, Martino Dwi Nugroho, mengatakan bahwa pameran seni ini merupakan bagian dari peringatan Dies Natalis ISI Yogyakarta yang kali ini mengusung tema besar "Keunggulan Seni untuk Recovery Kehidupan". "Tidak hanya sebagai suatu peringatan, kegiatan ini juga diadakan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang sedang terjadi, di mana kita sedang berproses dari pandemi menuju endemi," ujar Martino dalam acara pembukaan pameran pada 30 Mei 2022.

Martino menuturkan bahwa pameran seni merupakan kegiatan rutin yang diadakan ISI Yogyakarta setiap tahunnya. Namun kali ini bersifat atau berskala internasional.

"Melalui pameran di tahun 2022 ini, dengan mengusung tema 'Recovery: Art for A Better Life', diharapkan bahwa seni dapat memberikan kontribusi tidak hanya di lingkungan seniman dan civitas akademika, tetapi juga bagi masyarakat secara luas sehingga memberikan energi dan daya hidup setelah terpuruk dari pandemi ini," kata Martino.

Acara pameran seni yang digelar ISI Yogyakarta kali ini menjadi istimewa sekaligus tantangan di saat pandemi mulai mereda dan kehidupan mulai menggeliat secara normal. Memasuki era baru ini diharapkan seni memiliki peran dalam memberikan dukungan, pemberdayaan, dan mempercepat proses pemulihan.

Seni dapat menjadi media kreatif untuk mengambil peran dalam pemecahan masalah masyarakat. Dalam sekala kecil, seni bisa menjadi penghibur dan penyemangat dalam kehidupan yang sedang bergerak dan berubah secara cepat ini. Interaksi yang terjadi dalam berkesenian membuat masyarakat bisa saling berbagi dan memiliki ikatan dan solidaritas yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Melalui pameran ini, ISI Yogyakarta terus mengajak dan memberikan dorongan kepada masyarakat dari berbagai kalangan, pegiat seni, dan seniman dalam upaya berkreasi dan berkarya dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia dan ramah untuk digunakan. Mikke Susanto, kurator dalam pameran ini, mengatakan bahwa dunia digital telah memudahkan dalam persiapan dan penyelenggaraan pameran ini.

     

Baca Juga: Abdullah Suriosubroto, Pelopor Lukisan Mooi Indie di Hindia Belanda

Baca Juga: Pameran 'Kabar Bumi Setengah Windu': Seni yang Memihak Lingkungan

Baca Juga: Merespon Krisis Iklim Dunia Melalui Pameran Fotografi di Kota Salatiga

Baca Juga: Bagaimana Seharusnya Seni Merespons Teknologi di Tengah Pagebluk?

     

"Akhirnya, pameran ini bisa bersifar hybrid yang dilaksanakan secara simultan. Pameran ini diselenggarakan di ruang Galeri Katamsi, kemudian di halaman Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, dan juga pameran virtual 360 yang diadakan oleh panitia," ujar Mikke dalam acara pembukaan pameran.

Mikke menegaskan, pameran ini adalah sebuah upaya untuk melakukan pemulihan secara bersama-sama setelah melewati masa-masa yang berat. "Untuk itu perlu cara kreatif untuk melaksanakannya."

Menurutnya, sebaiknya seni bisa menjadi media kreatif untuk mengambil peran dalam pemecahan masalah masyarakat. "Seni sebagai media katarsis. Seni sebagai peleburan imajinasi dan rekreasi."

"Melalui karya seni, kita perlu makin menyadari bahwa masa recovery tidak boleh dilewatkan begitu saja. Mari kita songsong masa recovery pandemi COVID-19 sebagai masa kreativitas dalam arti khusus memberikan seni sebagai hadiah bagi mereka yang telah meninggalkan kita serta yang mengalami masalah, serta memberikan semangat bagi mereka yang berhasil melewatinya."

Semoga pemeran ini mampu menginspirasi bahwa seni bisa menjadi salah satu sarana untuk pemulihan kehidupan. Seni mampu mengembalikan kehidupan umat manusia seperti sebelum terjadi pandemi.