Mengkaji Ulang Pohon Evolusi: Selama Ini Kita Banyak yang Salah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 3 Juni 2022 | 10:00 WIB
Pohon evolusi yang dibuat para peneliti lewat pendekatan penelitian baru. Terlihat, alur bagaimana mamalia sederhana di masa purba, seiring waktu menjadi kompleks seperti yang ada saat ini. ( Graphodatsky et al)

Nationalgeographic.co.id—Charles Darwin dan ilmuwan sezamannya di abad ke-19, merekonstruksi "pohon keluarga" hewan dengan cermat. Mereka menyatukan hubungan suatu spesies dengan spesies lain berdasarkan perbedaan anatomi dan struktur morfologinya.

Perkembangan ilmu evolusi berlanjut ketika teknologi makin canggih. Para ahli biologi sekarang menggunakan teknik pengurutan genetik yang cepat lewat data genetik untuk membantu menyatukan hubungan evolusioner suatus spesies.

Para ilmuwan di Milner Center for Evolution di University of Bath, Inggris bahkan memperkuat pengembangan ilmu evolusi ini. Menurut mereka, lewat studi yang dipublikasikan di jurnal Communications Biology, menentukan pohon evolusi organisme dengan membandingkan anatomi daripada urutan gen adalah cara yang menyesatkan.

Makalah itu diterbitkan pada 21 Mei 2022, berjudul Molecular phylogenies map to biogeography better than morphological ones.

Cara modern punya keunggulan berupa kecepatan dan harganya yang lebih murah. Bahkan dapat membantu kita, bahwa organisme yang dikira berkerabat dekat ternyata berasal dari kelompok yang sangat berbeda di cabang pohon evolusi.

"Ternyata banyak pohon evolusi kita yang salah," ujar rekan penulis Matthew Wills, profesor paleobiologi di University of Bath lewat publikasi lembaganya

"Selama lebih dari seratus tahun, kita telah mengklasifikasikan organisme menurut bagaimana mereka terlihat dan disatukan secara anatomis, tetapi data molekuler sering memberi tahu kami cerita yang agak berbeda."

Wills menjelaskan, studinya membuktikan bahwa klasifikasi lewat data molekuler kerap lebih cocok dengan distribusi geografisnya. Sebenarnya, Darwin dan orang-orang semasanya sudah menyadari bahwa makhluk hidup dan lingkungannya adalah sumber penting sebagai bukti evolusi. Tetapi pendataannya jadi kacau jika berdasarkan bentuk anatominya saja.

    

Baca Juga: Mungkinkah Spesies Mirip Ikan Ini Kunci yang Hilang dalam Evolusi?

Baca Juga: Urutan Vokal Simpanse Memberi Wawasan Tentang Evolusi Bahasa Manusia

Baca Juga: Lebih Senang Hidup Sendirian? Mungkin Anda Termasuk Orang Cerdas

Baca Juga: Misteri Evolusi dan Kanibalisme Dalam Kepunahan Massal Neandertal

     

Misal, tikus gajah, babi tanah, gajah, tikus tanah emas, dan lembu laut berasal dari cabang evolusi mamalia yang sama. Meski demikian, secara visual, anatominya sangat berbeda satu sama lain dan punya cara hidup yang sangat berbeda.

"Pohon molekuler telah menyatukan mereka semua dalam kelompok yang disebut Afrotheria, disebut demikian karena mereka semua berasal dari benua Afrika, jadi kelompok itu cocok dengan biogeografi," paparnya.

Jack Oyston, penulis pertama makalah dari Department of Biology & Biochemistry, University of Bath mengatakan, "Yang paling menarik adalah kami menemukan bukti statistik kuat tentang pohon molekuler yang lebih cocok tidak hanya dalam kelompok seperti Afrotheria, tetapi juga di seluruh pohon kehidupan pada burung, reptil, serangga, dan tumbuhan."

"Itu menjadi pola yang tersebar luas membuatnya jauh lebih berpotensi berguna sebagai tes umum pohon evolusi yang berbeda, tetapi juga menunjukkan betapa luasnya evolusi konvergen ketika menyesatkan kita."

Evolusi konvergen adalah saat sebuah karakteristik berevolusi secara terpisah dari dua kelompok organisme yang tidak berhubungan secara genetik. Studi ini menemukan bahwa evolusi konvergen ternyata jauh lebih luas daripada yang diperkirakan para ahli biologi sebelumnya.

"Kami telah memiliki banyak contoh terkenal dari evolusi konvergen, seperti penerbangan yang berevolusi secara terpisah pada burung, kelelawar, dan serangga, atau mata kamera kompleks yang berevolusi secara terpisah pada cumi-cumi dan manusia," ujar Wills. "Tetapi kini, dengan data molekuler, kita dapat melihat bahwa evolusi konvergen ada di sepanjang masa—hal-hal yang kita kira erat sering kali ternyata berjauhan di pohon kehidupan."

Wills bahkan berpendapat, bahwa selama ini pemahaman evolusi konvergen telah membodohi kajian evolusi sebenarnya selama lebih dari 100 tahun. Sehingga, besar kemungkinan untuk membuat rangkaian evolusi harus diubah, atau membongkar kembali untuk menyusun susunan pohon evolusi yang tepat.