Tidur yang Cukup dan Berkualitas Membangun Ingatan Relasional

By Ricky Jenihansen, Jumat, 3 Juni 2022 | 08:00 WIB
Tidur diperlukan untuk mengikat dan memperkuat ingatan relasional. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa tidur yang cukup dan berkualitas memberi manfaat pada memori hewan dan manusia. Sekarang, penelitian baru dari University of California San Diego School of Medicine juga menemukan efek positif lainnya, yaitu dapat membangun memori relasional.

Penelitian tersebut memberikan bukti kuat dan menjelaskan mekanisme yang mendasarinya, memperkuat atau menciptakan ingatan relasional baru selama tidur. Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan di Journal of Neuroscience dengan judul "Role of Sleep in Formation of Relational Associative Memory" belum lama ini.

Untuk diketahui, memori relasional adalah kemampuan untuk mengingat asosiasi yang berubah-ubah atau tidak langsung. Seperti asosiasi antara objek, orang atau peristiwa, seperti nama dengan wajah, di mana Anda meninggalkan kunci mobil Anda dan apakah Anda mematikan kompor setelah memasak tetapi sebelum Anda meninggalkan rumah.

Untuk penelitian ini, para penulis mengembangkan model buatan dari dua wilayah otak, yaitu thalamic (terlibat dalam pemrosesan sensorik sebelumnya) dan kortikal (terlibat dalam memori, pembelajaran dan pengambilan keputusan). Model ini mampu mensimulasikan dua keadaan otak utama tersebut.

Keadaan otak tersebut yaitu, terjaga ketika neuron aktif secara spontan dan dioptimalkan untuk memproses input sensorik dan tidur nyenyak ketika osilasi intrinsik aktivitas listrik dihasilkan. Proses tersebut seperti gelombang lambat di otak.

Sifat-sifat model jaringan dapat diubah untuk mendorong transisi antara aktivitas bangun dan tidur, mirip dengan apa yang dilakukan otak biologis setiap hari.

Tidur cukup dan berkualitas memiliki banyak dampak positif. (Eight Sleep / Emily Bertha)

Di wilayah kortikal, koneksi antara neuron diizinkan untuk menjadi lebih kuat atau lebih lemah berdasarkan aktivitasnya, yang dikenal sebagai plastisitas sinaptik. Kondisi tersebut mencerminkan mekanisme biologis utama yang diketahui tentang bagaimana ingatan dibentuk atau dihapus.

Maxim Bazhenov, profesor kedokteran di University of California San Diego School of Medicine, dan Timothy Tadros, seorang mahasiswa pascasarjana di penelitian tersebut mengatakan bahwa mereka memodelkan korteks setelah pemrosesan visual. "Dengan satu lapisan kortikal mewakili korteks visual primer dan lapisan kortikal lainnya mewakili korteks asosiatif," kata Tadros dalam rilis media.

Setiap kali seseorang melihat objek yang sama, jelasnya, neuron yang sama di korteks visual akan aktif. Jika seseorang melihat dua objek dalam konteks yang sama, maka asosiasi ini dapat dipelajari di korteks asosiatif dengan memperkuat koneksi antara neuron yang mewakili masing-masing dari kedua hal tersebut.

Para ilmuwan melatih jaringan dalam mode aktif untuk mempelajari asosiasi langsung seperti itu. Seperti A+B atau B+C tetapi bukan A+C, kemudian menemukan bahwa dalam mode tidur, model membentuk asosiasi tidak langsung: A+C.

Ilustrasi orang lanjut usia tidur. (Freepik)