Melongok Taman Sriwedari Sebagai Hiburan Jawa Zaman Hindia Belanda

By Galih Pranata, Rabu, 8 Juni 2022 | 09:00 WIB
Potret langka pelaku Wayang Orang Sriwedari di Solo dalam buletin De Locomotief tahun 1935. Taman Sriwedari gencar melakukan pemasaran lewat iklan di media massa yang mengundang antusias wisatawan Eropa untuk datang ke sana. (De Locomotief/Delpher Nederlandsche)

Nationalgeographic.co.idTaman Sriwedari yang hari ini kondisinya memprihatinkan akibat sengketa hak atas tanah, nyatanya tetap mengesankan di masa lampau. Hal itu bisa disaksikan lewat sebuah buletin De Locomotief edisi 31 Mei 1935.

Kolom kecil berjudul Solo’s Stadstuin: de Sriwedari - Centrum van Vermaak voor geheele Bevolking, ditulis oleh koresponden De Locomotief dari Solo di tahun 1935. Koresponden yang tidak disebutkan namanya itu menuliskan tentang Sriwedari dalam bahasa Belanda.

Pewarta itu menyebut bahwa sejak akhir Mei 1935, Taman Sriwedari sedang gencar melakukan pemasaran lewat iklan di media massa. Tidak heran, hal itu mengundang antusias wisatawan Eropa untuk datang ke sana.

"Taman Kota Sriwedari akhir-akhir ini menjadi pusat hiburan, tidak hanya bagi orang pribumi, tetapi juga bagi orang Eropa," tulisnya. Pemasaran itu melambungkan nama Sriwedari yang tak hanya dikunjungi wisatawan lokal, tetapi juga mancanegara.

Lewat redaksi beriklannya, De Locomotief menyebut bahwa Taman Sriwedari "memiliki jalan setapak yang indah, pepohonan yang rindang yang akan mengundang Anda untuk berjalan-jalan."

Digambarkan juga bahwa anak-anak bisa memanjakan diri di sana. Terdapat permainan seperti jungkat-jungkit, ayunan, kuda Bima dan dua gajah bernama "Sultan dan Sahat" yang menjadi atraksi menarik bagi anak-anak.

Terdapat banyak tempat rekreasi yang bisa memantik antusias pengunjung. Sebut saja kehadiran stadion megah yang berdiri tegap di sana. Stadion Sriwedari yang mengawali perjalanan Sepak Bola di Hindia Belanda.

Khalayak penggemar sepak bola tentunya akan bisa menikmati pertandingan-pertandingan bergengsi yang dihelat di Stadion Sriwedari.

"Stadion ini adalah salah satu lapangan sepak bola paling indah di Hindia Belanda, yang sebagian besar telah diterangi oleh pencahayaan lampu yang cemerlang," terusnya.

Tim lokal Kota Solo juga kerap bermain di sana. "Pertandingan mingguan dimainkan oleh V.B.S. dan Persis (Persatoean Sepak Bola Solo)," lanjutnya.

Ia juga meneruskan, "ribuan (penonton) telah menikmati pertandingan (internasional menghadapi) tim Singapura, Austria dan hari ini lagi (31 Mei 1935) pertandingan tim Manila akan dimainkan di sini."

Kolom iklan De Locomotief edisi 31 Mei 1935 yang memberitakan Taman Sriwedari di Solo. (De Locomotief/Delpher Nederlandsche)

Selain fasilitas lapangan hijau, ada pula bioskop yang menyajikan film-film box office di zamannya. Menurut sang pewarta, tayangan bioskop selalu ramai bagai tak terdampak krisis malaise yang mengguncang dunia.

Bioskop yang megah ini juga memiliki kualitas suara yang menggelegar. Memperdengarkan musik yang keluar dari sound system dengan sangat jelas dan kualitas baik. 

Tak hanya itu, film-filmnya juga disebut berkelas satu. Film-film terbaik tayang di Sriwedari yang populer pada masanya: Bengaalsche Lanciers, Now and forever, Blokkade, Beyond Bengal, Private life of Don Juan, dan Barrets of Wimpole street.

   

Baca Juga: Tampil Gemilang, Wayang Orang Daring Pertama Sirnaning Pagebluk

Baca Juga: Tampil Gemilang, Wayang Orang Daring Pertama Sirnaning Pagebluk

Baca Juga: Riwayat Wayang Orang yang Melampaui Zaman: Tragedi atau Prestasi?

Baca Juga: Kesenian Ketoprak: Dari Surakarta ke Yogyakarta untuk Semua Warga

  

Ada pula teater yang sohor dihelat di Sriwedari, ialah Wayang Orang Sriwedari. De Locomotief menyebutnya sebagai seni teatrikal terbaik di Jawa yang bahkan menarik perhatian orang-orang Eropa.

Belum habis di situ, terdapat juga kebun binatang yang menyajikan tontonan tidak biasa. Hewan-hewan aneh jadi koleksi yang memikat para pengunjung. "Hewan yang terawat baik ditambah dengan jenis baru, terus dikembangkan," imbuhnya lagi.

Kebun binatang tersebut dikelola oleh seorang Belanda bernama tuan van heer See yang terampil, membuat hewan-hewan ditempatkan dan dirawat dengan sangat baik.

Di akhir beritanya, De Locomotief juga menawarkan museum antik tempat ditampilkannya topeng-topeng Jawa klasik yang unik. Di samping itu juga ada senjata dan temuan bersejarah (artefak) dari zaman Hindu Kuno.