Meski Legal, Ternyata Bukti Ilmiah Ganja untuk Medis Belum Jelas

By Ricky Jenihansen, Kamis, 9 Juni 2022 | 11:00 WIB
Ganja untuk keperluan medis. (Healthline)

Lebih dari separuh negara bagian di Amerika Serikat (AS) saat ini telah melegalkan penggunaan ganja, terutama untuk kesenangan dan medis. Belakangan, justru ganja medis mulai tersedia luas di apotek di AS. Tapi sayangnya, ada banyak produk yang tersedia ternyata belum dipelajari dengan baik.

Menurut tinjauan bukti sistematis baru, bukti di balik keefektifan produk terkait ganja untuk mengobati nyeri kronis sangat tipis jika tidak ingin disebut belum jelas. Fakta tersebut ironis, mengingat ganja dilegalkan utamanya untuk rekreasi dan tujuan medis.

Para peneliti di Oregon Health and Science University menyelidiki lebih lanjut penggunaan ganja medis yang mulai meluas. Mereka menemukan ada banyak produk di apotek yang ternyata tidak memiliki bukti ilmiah yang cukup.

Tinjauan ilmiah tersebut telah diterbitkan di Annals of Internal Medicine dengan judul "Cannabis-Based Products for Chronic Pain" pada 7 Juni 2022. Proyek ini didanai oleh Agency for Healthcare Research and Quality of the U.S. Department of Health and Human Services.

Para peneliti memang menemukan bukti untuk mendukung manfaat jangka pendek dalam mengobati nyeri neuropatik, yang disebabkan oleh kerusakan saraf perifer. Salah satunya, neuropati diabetik yang mengakibatkan rasa sakit—seperti rasa terbakar dan kesemutan.

Setidaknya ada dua produk sintetis yang disetujui FDA dengan 100 persen tetrahydrocannabinol, atau THC dronabinol (dengan nama dagang Marinol) dan nabilone (Cesamet). Kedua produk tersebut juga menyebabkan efek samping yang menonjol termasuk sedasi dan pusing.

Ganja dipromosikan memiliki manfaat kesehatan. (UT)

Produk lain, semprotan sublingual dari bagian yang sama THC dan cannabidiol atau CBD, diekstraksi dari tanaman ganja, yang dikenal sebagai nabiximols. Obat ini juga menunjukkan bukti beberapa manfaat klinis untuk nyeri neuropatik, meskipun produk tersebut tidak tersedia di AS. Produk ini juga menyebabkan untuk efek samping, seperti mual, sedasi dan pusing.

Penulis utama Marian S. McDonagh, secara umum, temuan tersebut dan jumlah bukti yang terbatas, telah mengejutkan kita semua. McDonagh merupakan profesor emeritus informatika medis dan epidemiologi klinis di OHSU School of Medicine.

"Dengan begitu banyak desas-desus seputar produk terkait ganja, dan ketersediaan ganja rekreasi dan medis yang mudah di banyak negara bagian, konsumen dan pasien mungkin berasumsi akan ada lebih banyak bukti tentang manfaat dan efek sampingnya," kata McDonagh.

Tapi sayangnya, ia melanjutkan, hanya ada sedikit penelitian yang valid secara ilmiah untuk sebagian besar produk ganja yang dijual di apotek di AS. "Kami hanya melihat sekelompok kecil studi kohort observasional tentang produk ganja yang akan mudah tersedia di negara bagian yang mengizinkannya, dan ini tidak dirancang untuk menjawab pertanyaan penting tentang pengobatan nyeri kronis," McDonagh menambahkan.

Untuk beberapa produk ganja, seperti produk tanaman utuh, datanya jarang dengan perkiraan efek yang tidak tepat dan penelitian memiliki keterbatasan metodologis.