Bukan Ekstrovert, Pemimpin Informal Ternyata Lebih Disukai dan Dicari

By Ricky Jenihansen, Selasa, 14 Juni 2022 | 14:00 WIB
Seorang ekstrovert memiliki kelemahan fatal yang bahkan dalam kondisi tertentu justru dapat membahayakan. (David Guttenfelder/National Geographic)

Nationalgeographic.co.id—Seringkali, seorang ekstrovert selalu dianggap sebagai pemimpin alami dalam organisasi. Tapi sebuah penelitian menunjukan bahwa seorang ekstrovert memiliki kelemahan fatal yang bahkan dalam kondisi tertentu justru dapat membahayakan.

Menurut penelitian dari ilmuwan di Fisher College of Business di Ohio State University masih ada tipe lain pemimpin yang lebih baik dan dapat diterima ketimbang ekstrovert. Kepemimpinan yang lebih disukai dan justru lebih banyak dicari.

Para peneliti menemukan bahwa pemimpin informal ternyata lebih disukai dan lebih dicari. Pemimpin informal memiliki tingkat ketegasan dan kehangatan yang sedang-sedang saja.

Tipe ini dapat mencapai titik manis antara pemimpin dan yang dipimpin, ia memiliki dua sisi sifat ekstrovert. Dengan dua sisi sifat tersebut, tipe ini lebih dapat diterima oleh mereka yang dipimpin.

Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan di Journal of Applied Psychology dengan judul "Getting ahead, getting along, and getting prosocial: Examining extraversion facets, peer reactions, and leadership emergence" yang dapat diakses secara daring.

Menurut Jasmine Hu, peneliti utama studi tersebut dan profesor di Ohio State University mengatakan, Para pemimpin yang terlalu ekstrovert dapat dianggap terlalu memaksa atau terlalu menyebalkan dalam kondisi tekanan kerja yang tinggi.

"Ketegasan dan kehangatan dalam jumlah sedang mungkin dapat lebih optimal," katanya.

Studi ini memang menemukan satu faktor yang membantu para pemimpin yang sangat ekstrovert menerima nilai yang lebih baik dari rekan-rekan mereka, motivasi prososial atau keinginan untuk melihat kesejahteraan orang lain.

Pada penelitian tersebut, para peneliti melakukan dua studi terkait. Yang pertama melibatkan 260 mahasiswa sarjana bisnis yang ditugaskan secara acak ke 78 tim yang dikelola sendiri. Para siswa bekerja dalam tim mereka di berbagai proyek selama satu semester penuh.

Pada awal semester, siswa menilai diri mereka sendiri pada dua sisi ekstroversi. Salah satunya adalah ketegasan, yaitu keinginan untuk menjadi dominan dan kuat. Yang kedua adalah kehangatan, betapa ramah dan hangatnya mereka.

Pemimpin informal lebih disukai dan dapat diterima. (Ohio State University)

Motivasi prososial siswa diukur dengan menanyakan seberapa besar mereka setuju dengan pernyataan seperti "Saya peduli untuk memberi manfaat kepada orang lain melalui pekerjaan saya."