Dampak Perubahan Iklim: Penurunan Keanekaragaman Hayati Mikroba Tanah

By Wawan Setiawan, Kamis, 16 Juni 2022 | 07:00 WIB
Para peneliti dari Institute for Environmental Genomics di University of Oklahoma sedang menyelidiki keanekaragaman tumbuhan dan mengambil sampel untuk analisis keanekaragaman mikroba. (Institute for Environmental Genomics, University of Oklahoma)

Nationalgeographic.co.id—Kesehatan tanah dan kualitas tanah telah berkembang sebagai konsep yang penting. Manusia terus memperluas pemahamanya tentang tanah sebagai faktor vital untuk produktivitas tanaman yang kuat. Konsep-konsep ini juga telah menekankan kesadaran kita bahwa tanah memang merupakan sumber daya tak terbarukan yang terbatas. Di simping itu tanah memerlukan pengelolaan yang disengaja untuk menghindari atau meminimalkan degradasinya.

Menurut John W. Doran, kesehatan tanah adalah kapasitas tanah untuk berfungsi dan menopang produktivitas tanaman dan hewan, memelihara atau meningkatkan kualitas air dan udara juga meningkatkan kesehatan tanaman dan hewan.

Kesehatan tanah yang optimal membutuhkan keseimbangan antara fungsi tanah untuk produktivitas, berikut kualitas lingkungan dan kesehatan tanaman dan hewan. Semua hal itu sangat dipengaruhi oleh keputusan pengelolaan dan penggunaan lahan. Kesehatan tanah berfokus pada kehidupan, sifat dinamis tanah yang menggabungkan atribut biologis keanekaragaman hayati, struktur jaring makanan, fungsi ekosistem dan hubungan intim mikroorganisme tanah dengan tumbuhan dan hewan.

Petani dan pendukung eko-pertanian mengakui pentingnya keanekaragaman mikroba tanah. Fungsinya sebagai sumber utama untuk mempertahankan kapasitas fungsional ekosistem pertanian dan alami.

Meskipun kelimpahan mikroorganisme di tanah mudah terlihat, kita sering mengabaikan pentingnya keanekaragaman hayati mikroba. Keragaman itu diperlukan untuk kinerja yang efektif dari sebagian besar fungsi. Sebagai contoh, degradasi zat organik kompleks seperti lignin dan selulosa dalam residu tanaman membutuhkan kelompok mikroorganisme tertentu, sering disebut konsorsium. Setiap anggota menghasilkan enzim spesifik untuk melakukan satu atau lebih langkah dalam jalur degradasi.

Para peneliti dari Institute for Environmental Genomics menggunakan pemanas untuk mensimulasikan pemanasan iklim di lokasi percobaan multifaktor jangka panjang di University of Oklahoma. (Institute for Environmental Genomics, University of Oklahoma)

Para peneliti di Universitas Oklahoma telah menemukan bahwa iklim yang semakin memanas akhir-akhir ini telah menurunkan keanekaragaman mikroba, yang penting bagi kesehatan tanah.

Penelitian tersebut dipimpin oleh Jizhong Zhou, direktur Institute for Environmental Genomics di OU. Tim peneliti melakukan percobaan delapan tahun yang menemukan bahwa pemanasan iklim memainkan peran utama dalam membentuk keanekaragaman hayati mikroba, dengan efek negatif yang signifikan. Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal Nature Microbiology pada 13 Juni 2022 dengan judul Reduction of microbial diversity in grassland soil is driven by long-term climate warming.

"Perubahan iklim adalah pendorong utama hilangnya keanekaragaman hayati dari skala lokal ke global, yang selanjutnya dapat mengubah fungsi dan layanan ekosistem," kata Zhou. "Meskipun keanekaragaman hayati tanah di bawah tanah sangat penting dalam mempertahankan fungsi ekosistem, bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi kekayaan dan distribusi komunitas mikroba tanah (bakteri, jamur, protista) yang melimpah masih belum terselesaikan."

Menggunakan situs lapangan eksperimental multifaktor jangka panjang di OU, para peneliti dengan Institut Genomics Lingkungan universitas memeriksa perubahan komunitas mikroba tanah dalam menanggapi pemanasan eksperimental, curah hujan yang berubah dan pemotongan (penghapusan biomassa tahunan) pada bakteri tanah padang rumput, jamur dan keanekaragaman hayati protista sejak 2009.

   

Baca Juga: Peneliti Temukan Kehidupan di Dasar Laut yang Tertidur Selama 100 Juta Tahun

Baca Juga: Mikroba dan Mineral Mungkin adalah Pemicu Oksigenasi Pertama Bumi

Baca Juga: Sendawa Mikroba Beracun Menyebabkan Kepunahan dalam Sejarah Bumi

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Spesies Invasif, Suhu, dan Siklus Nitrogen

    

"Temuan kami menunjukkan bukti eksplisit bahwa pemanasan iklim jangka panjang mengurangi keanekaragaman hayati mikroba di lapangan," kata Zhou. "Selain itu, ini adalah studi pertama yang mendokumentasikan respons diferensial dari mikroba pembentuk spora dan nonspora terhadap pemanasan iklim, dan ini adalah studi pertama yang mendokumentasikan peran dominan pemanasan dalam mengatur keanekaragaman hayati mikroba.

Zhou mengatakan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan curah hujan yang disebabkan oleh pemanasan di masa depan dapat menjadi penting dalam mengurangi penurunan keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh pemanasan.

"Temuan kami memiliki implikasi penting untuk memprediksi konsekuensi ekologis dari perubahan iklim dan untuk pengelolaan ekosistem," tutur Zhou. "Selain itu, karena efek pemanasan iklim pada keanekaragaman hayati terutama berkurangnya kelembapan, diperkirakan hilangnya keanekaragaman hayati akibat pemanasan dapat lebih parah di lahan yang kering—ekosistem gersang, semi-kering, dan kering-subhumid yang menutupi 41 persen daratan di seluruh dunia," pungkasnya.