Ilmuwan Pelajari Sejarah Black Death, Pandemi Purba Terbesar di Eropa

By Wawan Setiawan, Jumat, 17 Juni 2022 | 16:00 WIB
Pemandangan pegunungan Tian Shan. Mempelajari genom wabah kuno, para peneliti melacak asal-usul Black Death ke Asia Tengah, dekat Danau Issyk Kul, di tempat yang sekarang disebut Kirgistan. (Lyazzat Musralina)

Nationalgeographic.co.id—Black Death, pandemi terbesar dalam sejarah umat manusia yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis dan berlangsung di Eropa antara tahun 1346 dan 1353.

Terlepas dari dampak demografi dan sosial pandemi yang sangat besar, asal-usulnya telah lama sulit dipahami. Namun kini, tim ilmuwan termasuk peneliti dari Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi di Leipzig, Universitas Tübingen di Jerman, dan Universitas Stirling di Inggris, telah memperoleh dan mempelajari genom Y. pestis kuno yang melacak asal-usul pandemi ke Asia Tengah.

Pada tahun 1347, wabah pertama kali memasuki Mediterania melalui kapal dagang yang mengangkut barang dari wilayah Golden Horde di Laut Hitam. Penyakit ini kemudian menyebar ke seluruh Eropa, Timur Tengah dan Afrika utara yang merenggut hingga 60 persen populasi dalam wabah skala besar yang dikenal sebagai Black Death. Gelombang pertama ini semakin meluas menjadi pandemi selama 500 tahun, yang disebut Pandemi Wabah Kedua, yang berlangsung hingga awal abad ke-19.

Asal-usul Pandemi Wabah Kedua telah lama diperdebatkan. Salah satu teori yang paling populer telah mendukung sumbernya di Asia Timur, khususnya di Cina. Sebaliknya, satu-satunya temuan arkeologi yang sejauh ini tersedia berasal dari Asia Tengah, dekat Danau Issyk Kul, di tempat yang sekarang disebut Kirgistan.

Penggalian situs Kara-Djigach, di Chu-Valley of Kyrgyzstan di kaki pegunungan Tian Shan. Penggalian ini dilakukan antara tahun 1885 dan 1892. (A.S. Leybin, August 1886)

Temuan ini menunjukkan bahwa epidemi menghancurkan komunitas perdagangan lokal pada tahun 1338 dan 1339. Secara khusus, penggalian yang terjadi hampir 140 tahun yang lalu mengungkapkan batu nisan yang menunjukkan bahwa individu meninggal pada tahun-tahun epidemi yang tidak diketahui atau "wabah". Sejak penemuan pertama mereka, batu nisan bertuliskan bahasa Syriac, telah menjadi landasan kontroversi di antara para sarjana mengenai relevansinya dengan Black Death di Eropa.

Dalam studi ini, tim peneliti internasional menganalisis DNA purba dari sisa-sisa manusia serta data historis dan arkeologis dari dua situs yang ditemukan mengandung prasasti "sampar". Hasil pertama tim sangat menggembirakan, karena DNA dari bakteri pes, Yersinia pestis, diidentifikasi pada individu dengan tahun 1338 tertulis di batu nisan mereka.

"Kami akhirnya dapat menunjukkan bahwa epidemi yang disebutkan di batu nisan itu memang disebabkan oleh wabah," kata Phil Slavin, salah satu penulis senior studi dan sejarawan di University of Sterling, Inggris. Hasil kajiannya telah dipublikasikan di jurnal Nature pada 15 Juni 2022 dengan judul The source of the Black Death in fourteenth-century central Eurasia.

Tapi mungkinkah ini asal mula Black Death? Para peneliti sebelumnya telah mengaitkan inisiasi Black Death dengan diversifikasi besar-besaran strain wabah, yang disebut peristiwa Big Bang Keragaman Wabah. Tetapi tanggal pasti dari peristiwa ini tidak dapat diperkirakan secara tepat, dan diperkirakan terjadi antara abad ke-10 dan ke-14.

Tim peneliti saat ini sedang mengumpulkan genom wabah purba lengkap dari situs di Kirgistan dan menyelidiki bagaimana mereka mungkin berhubungan dengan peristiwa Big Bang ini.

Prasasti tersebut diterjemahkan sebagai berikut: Pada Tahun 1649 [= 1338 M], dan itu adalah Tahun Macan, di Bar Turki. Ini adalah makam Sanmaq yang beriman. [Dia] meninggal karena penyakit sampar. (A.S. Leybin, August 1886)

"Kami menemukan bahwa galur purba dari Kirgistan diposisikan tepat di simpul peristiwa diversifikasi besar-besaran ini. Dengan kata lain, kami menemukan galur sumber Black Death dan kami bahkan tahu tanggal pastinya [berarti tahun 1338]," kata Maria Spyrou , penulis utama dan peneliti di Universitas Tübingen.