Paparan Sinar Matahari, Defisiensi Vitamin D dan Kerusakan Otak

By Ricky Jenihansen, Senin, 20 Juni 2022 | 10:00 WIB
Pembentukan vitamin D di dalam tubuh dibantu oleh paparan sinar matahari. (Healthline)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru yang dipimpin oleh para ilmuwan University of South Australia menunjukan bahwa defisiensi atau kekurangan vitamin D berkaitan erat dengan kesehatan otak. Kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia dan stroke yang lebih tinggi.

Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan di American Journal of Clinical Nutrition dengan judul "Vitamin D and brain health: an observational and Mendelian randomization study" yang merupakan jurnal akses terbuka.

Seperti diketahui, vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium dan fosfor di dalam tubuh. Pembentukan vitamin D di dalam tubuh dibantu oleh paparan sinar matahari.

Kekurangan atau defisiensi vitamin D biasanya terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup. Kekurangan vitamin juga telah diketahui dapat mempengaruhi kinerja ginjal dan tulang.

Temuan baru ini menunjukan bahwa vitamin D juga berperan penting terhadap kesehatan otak. "Vitamin D adalah prekursor hormon yang semakin dikenal karena efeknya yang meluas, termasuk pada kesehatan otak,” kata penulis senior Profesor Elina Hyppönen dalam rilis media.

Hyppönen adalah seorang peneliti di Pusat Kesehatan Presisi Australia di University of South Australia. Hyppönen juga peneliti di South Australian Health and Medical Research Institute.

"Konsentrasi 25-hidroksivitamin D yang rendah, indikator status vitamin D —sering terjadi, dan prevalensi defisiensi vitamin D yang parah berkisar antara 5 persen hingga 50 persen, tergantung pada lokasi dan karakteristik populasi."

Prevalensi defisiensi vitamin D yang parah berkisar antara 5 persen hingga 50 persen (Shutterstock)

Menurutnya, ada berbagai mekanisme di mana vitamin D aktif dapat mempengaruhi otak, termasuk regulasi faktor pertumbuhan neurotropik, pengaruh peradangan, dan trombosis.

"Dengan meningkatnya minat dalam mengidentifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk demensia dan stroke, vitamin D telah menjadi kandidat yang menarik, karena suplementasi, diet, dan paparan sinar matahari dapat mempertahankan konsentrasi serum yang memadai," ia menjelaskan.

Dalam studi prospektif skala besar ini, penulis menggunakan informasi dari 33.523 peserta UK Biobank untuk memeriksa hubungan antara konsentrasi 25-hidroksivitamin D dengan berbagai fitur neuroimaging (pencitraan) otak.

Peneliti memperluas analisis ke 427.690 peserta, mereka juga memeriksa hubungan dengan risiko demensia dan stroke menggunakan pendekatan pengacakan Mendel (MR) nonlinier. Kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia dan stroke, dengan asosiasi terkuat bagi mereka yang memiliki konsentrasi 25-hidroksivitamin D kurang dari 25 nmol/L.

Analisis MR nonlinier mengkonfirmasi efek ambang batas 25-hidroksivitamin D pada demensia, dengan risiko yang diprediksi 54 persen lebih tinggi untuk peserta pada 25 nmol/L dibandingkan dengan 50 nmol/L. Namun, 25-hidroksivitamin D tidak terkait dengan hasil neuroimaging atau risiko stroke dalam analisis MR.

Rendahnya tingkat vitamin D dikaitkan dengan volume otak yang lebih rendah dan peningkatan risiko demensia dan stroke. (Sci-News)

"Temuan kami penting untuk pencegahan demensia dan menghargai kebutuhan untuk menghapuskan kekurangan vitamin D," kata Profesor Hyppönen.

"Memang, dalam populasi Inggris ini kami mengamati bahwa hingga 17 persen kasus demensia mungkin telah dihindari dengan meningkatkan kadar vitamin D agar berada dalam kisaran normal."

Secara keseluruhan, rincian hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Namun demikian, lanjutnya, studi MR yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi kausalitas untuk hubungan yang diusulkan antara konsentrasi 25-hidroksivitamin D dan morfometri otak.

"Hasil MR kami menunjukkan tidak ada hubungan yang jelas dengan stroke, sedangkan hubungan kausal dengan risiko demensia memberikan peluang penting untuk pencegahan," katanya.