Nationalgeographic.co.id—Ada banyak perokok yang seumur hidupnya tidak mengalami kanker paru-paru dan alasannya telah diungkap penelitian belum lama ini. Sekarang, studi baru justru menemukan bahwa kelompok pendapatan dan pendidikan rendah lebih berisiko mengalami kanker paru-paru.
Pada penelitian baru ini, ditemukan bahwa pendidikan dan pendapatan tingkat daerah yang lebih rendah terkait dengan stadium kanker paru-paru pasien pada saat diagnosis. Para peneliti menghubungkan pendapatan dan pendidikan tingkat daerah yang lebih rendah dengan kemungkinan diagnosis kanker paru lanjut yang lebih besar.
Studi baru-baru ini telah diterbitkan oleh Wiley online di CANCER, jurnal peer-review dari American Cancer Society. Jurnal akses terbuka ini dapat dipublikasikan dengan judul "Association of area-level socioeconomic status and non–small cell lung cancer stage by race/ethnicity and health care–level factors: Analysis of the National Cancer Database."
Menurut penelitian ini, bahwa pasien dengan pendapatan dan tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan mereka yang tinggal di daerah yang secara sosial ekonomi kekurangan sumber daya, secara tidak proporsional mengalami kelangsungan hidup kanker paru-paru yang buruk.
Tidak hanya itu, ras/etnis minoritas di AS juga menghadapi tingkat kematian terkait kanker paru yang lebih tinggi, menurut hasil penelitian.
Tim yang dipimpin oleh Tomi F. Akinyemiju dari Duke University School of Medicine, menganalisis data dari Database Kanker Nasional 2004-2016 dari pasien AS berusia 18-89 tahun yang didiagnosis dengan stadium kanker paru-paru non-sel kecil.
Tujuannya untuk memahami hubungan antara status sosial ekonomi dan stadium kanker paru pada saat diagnosis, dan bagaimana hubungan ini dapat bervariasi menurut ras/etnis dan akses ke perawatan kesehatan.
Para peneliti juga mengumpulkan informasi tentang tingkat pendidikan dan pendapatan dari daerah di mana pasien tinggal, serta rincian tentang status asuransi kesehatan pasien dan di mana mereka menerima perawatan.
Di antara 1.329.972 pasien dalam penelitian ini, 17 persen pasien kulit putih adalah penduduk daerah dengan pendapatan terendah. Hasil tersebut jika dibandingkan dengan 50 persen pasien kulit hitam, dan 18 persen pasien kulit putih tinggal di daerah dengan proporsi tertinggi orang dewasa tanpa pendidikan sekolah menengah jika dibandingkan dengan 44 persen pasien kulit hitam.
Pasien yang tinggal di daerah pendidikan terendah dan daerah berpenghasilan terendah masing-masing memiliki peluang 12 persen dan 13 persen lebih tinggi untuk memiliki kanker paru-paru stadium lanjut pada saat diagnosis. Asosiasi ini bertahan di antara pasien kulit putih non-Hispanik, kulit hitam non-Hispanik, Hispanik, dan Asia.
Kemudian mereka yang memiliki asuransi pemerintah dan swasta (tetapi bukan tanpa asuransi) dan mereka yang dirawat di semua jenis fasilitas (komunitas, komunitas komprehensif, akademik/penelitian, dan fasilitas jaringan terpadu).