Para peneliti menemukan bahwa untuk menyimpulkan seperti apa hewan itu, tunanetra bergantung pada klasifikasi biologis serupa yang digunakan para ilmuwan untuk mengelompokkan spesies. Strategi ini bekerja sangat baik untuk bentuk dan tekstur, misalnya burung, memiliki bulu dan bentuk sayap yang khas.
Kesimpulan utama adalah bahwa orang dewasa yang buta mengembangkan ide yang kaya dan akurat tentang penampilan berdasarkan inferensi.
"Kadang-kadang diasumsikan bahwa indera dan pengalaman langsung adalah cara terbaik untuk belajar tentang dunia. Temuan menunjukkan bahwa komunikasi linguistik dapat memberi kita pengetahuan yang kaya dan akurat, bahkan pengetahuan yang pada pandangan pertama tampak visual," kata Marina Bedny, Asisten Profesor Ilmu Psikologi dan Otak di Johns Hopkins University dalam rilis media.
Menurut peneliti, tidak ada orang buta orang dewasa buta maupun yang yang dapat melihat yang hidup di lingkungan perkotaan benar-benar perlu tahu tentang binatang liar. Tapi mereka terpesona oleh mereka.
"Mengetahui tentang singa dan gajah adalah bagian dari budaya kita dan orang dewasa buta yang merupakan anggota dari budaya yang sama menyimpulkan penampilan hewan dari bahasa atau komunikasi," kata Bedny.
Hasil penelitian tersebut diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences dengan judul "Knowledge of animal appearance among sighted and blind adults" yang dapat diakses bebas secara daring.