Unik dan Indah, Ilmuwan Menguraikan Kode Genom Naga Laut Berdaun

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 2 Juli 2022 | 10:00 WIB
Naga laut berdaun (Phycodurus eques) di Akuarium Teluk Monterey. (Joseph C. Boone)

Nationalgeographic.co.id - Naga laut dikenal karena keindahannya dan bentuknya yang unik, tetapi upaya pelestariannya masih dibatasi oleh kesenjangan sumber daya genom. Sekarang, kelompok tim peneliti dari University of Oregon dan University of Illinois di Urbana-Champaign telah mengurutkan genom dua spesies naga laut yang masih hidup, yaitu naga laut berdaun (Phycodurus eques) dan naga laut biasa (Phyllopteryx taeniolatus).

Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan di Prosiding National Academies of Sciences dengan judul "Leafy and weedy seadragon genomes connect genic and repetitive DNA features to the extravagant biology of syngnathid fishes" baru-baru ini.

Untuk diketahui, naga laut adalah garis keturunan yang luar biasa dari ikan teleostei dalam keluarga Syngnathidae, yang terkenal karena telah berevolusi dari kehamilan jantan, inkubasi embrio atau janin oleh hewan jantan.

Mereka juga dikenal luas dan dikagumi karena bentuk dan warna tubuh mereka yang fantastis. Terutama naga laut berdaun yang seringkali dianggap 'tumbuhan' yang bisa berenang.

Perbedaan substansial ada bahkan di antara tiga spesies hidup yang diketahui, yakni naga laut berdaun, naga laut biasa, dan naga laut ruby ​​​​yang baru-baru ini dideskripsikan (Phyllopteryx dewysea).

Persyaratan habitat khusus mereka telah menjadikan mereka perwakilan utama untuk kepentingan konservasi laut dan sejarah alam. "Naga laut milik keluarga yang sama dengan kuda laut dan ikan pipa. Grup ini keren karena sejumlah alasan berbeda," kata penulis pertama Clay Small, seorang peneliti di University of Oregon seperti dilansir Sci-News.

Spesimen naga laut merah dari Western Australia Museum. (Elisabeth Novina)

"Tapi naga laut adalah ikan eksentrik dalam kelompok ikan yang sudah eksentrik."

Sementara itu, Susie Bassham dari University of Oregon, penulis senior studi tersebut mengatakan, ada banyak minat tentang bagaimana hal-hal evolusioner dapat ditempa seperti kepala dan wajah.

"Dan naga laut bisa menjadi studi kasus yang bagus untuk pertanyaan semacam itu karena perbedaan ekstrem mereka berevolusi cukup cepat."

 Baca Juga: Tak Bisa Lagi Berenang, Naga Laut Ini Gunakan 'Ban Pelampung'

 Baca Juga: Kecil-kecil Cabe Rawit, Studi Ini Buktikan Kuda Laut Predator Andal

 Baca Juga: Kuda Laut Warna-Warni Asal Jepang yang Terlihat Seperti Butiran Beras

Karena seperti diketahui, keluarga yang dimiliki naga laut dan kuda laut bercabang sekitar 50 juta tahun yang lalu, yang relatif baru menurut standar evolusi. Dan sekarang, para peneliti mengurutkan genom dua spesies naga laut, naga laut biasa dan berdaun.

Mereka membandingkan urutan genetik tersebut dengan ikan pipa dan kuda laut, serta ikan bertulang lain yang kurang dekat hubungannya seperti ikan zebra dan ikan stickleback. Seiring dengan ikan pipa dan kuda laut, naga laut kehilangan sepotong gen yang memandu perkembangan, petunjuk yang mungkin tentang asal usul bentuk unik mereka.

Pencitraan naga laut berdaun. (Small et al.)

Sedangkan jika dibandingkan dengan kerabat dekat mereka, naga laut juga mengandung jumlah urutan DNA berulang yang disebut transposon dalam jumlah yang lebih tinggi dari biasanya.

Dalam penelitian mereka, penulis juga menggunakan mikroskop sinar-X khusus untuk menangkap gambar 3D resolusi tinggi dari seekor naga laut kurus. Mereka memindai ikan sepanjang satu kaki menjadi beberapa bagian, lalu menyatukan gambar-gambar itu menjadi gambar yang lengkap.

"Tidak ada yang pernah mencitrakan bagian mana pun dari naga laut sebelumnya, dengan resolusi setinggi itu," kata Bassham.

Pada tingkat detail itu, tim dapat melihat struktur halus tulang naga laut, dan juga mendapatkan wawasan tentang bagaimana beberapa struktur tubuh unik ikan ini mungkin berevolusi.

"Kita bisa melihat bahwa struktur pendukung untuk sirip berdaun tampaknya merupakan elaborasi duri, dan kemudian pelengkap berdaging ditambahkan ke ujungnya. Ini memberikan bukti bahwa (ornamen) ini secara evolusioner berasal dari duri," kata Bassham.