"Hasil kami menunjukkan bahwa populasi tidak perlu mengurangi kompleksitas untuk mempelajari pola nyanyian secara akurat. Populasi juga dapat memasukkan perubahan dan hiasan ke dalam nyanyian dalam bentuk tema yang disarankan untuk dipelajari sebagai segmen yang berbeda."
Mempertahankan pola nyanyian yang kompleks dengan akurasi seperti itu, menurut peneliti, menunjukkan adanya kontak akustik yang signifikan, mendukung hipotesis bahwa pembelajaran nyanyina dapat terjadi di tempat makan bersama atau rute migrasi.
Temuan ini mendukung gagasan bahwa nyanyian dipelajari oleh paus di rute migrasi bersama seperti Selandia Baru atau tempat makan bersama seperti Antarktika. "Jarang terjadi pertukaran budaya seperti ini yang didokumentasikan dalam skala besar pada spesies non-manusia," kata Allen.
"Kami berharap temuan ini memberikan model untuk studi lebih lanjut dalam memahami evolusi komunikasi budaya pada hewan dan manusia."
Sementara paus bungkuk baru-baru ini dikeluarkan dari daftar spesies yang terancam punah, Allen mengatakan populasi mereka masih perlu dikelola dengan hati-hati, dan temuan ini dapat membantu.
"Memiliki pemahaman mendalam tentang suatu spesies diketahui sangat meningkatkan keefektifan metode konservasi dan pengelolaan," kata Allen.
Menurutnya, mereka sekarang memiliki gambaran yang lebih holistik tentang perilaku, pergerakan, dan interaksi berbagai populasi paus bungkuk, termasuk bagaimana mereka menularkan budaya.
"Itu berarti kita lebih siap untuk melindungi mereka dari banyak ancaman yang mereka hadapi saat iklim, dan planet kita, terus berubah," kata Allen.