Penemuan Fosil Reptil Pemanjat Pohon Tertua Berusia 305 Juta Tahun

By Ricky Jenihansen, Jumat, 8 Juli 2022 | 12:00 WIB
Restorasi Eoscansor cobrensis. (Matt Celeskey)

Nationalgeographic.co.id—Tim paleontologi, termasuk peneliti New Mexico Museum of Natural History and Science, telah menemukan fosil reptil pemanjat pohon tertua. Fosil tersebut telah diidentifikasi dari kerangka tidak lengkap yang ditemukan di New Mexico, Amerika Serikat.

Fosil tersebut, menurut para arkeolog berusia sekitar 305 juta tahun. Deskripsi lengkap temuan tersebut telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah Annals of the Carnegie Museum dengan judul "A Scansorial Varanopid Eupelycosaur from the Pennsylvanian of New Mexico" belum lama ini.

Dijelaskan, fosil tersebut ditemukan di Northern New Mexico dekat Chama, di bebatuan berusia 305 juta tahun dari sejarah Periode Pennsylvanian dari sejarah Bumi. Fosil itu sekarang menjadi bagian dari koleksi New Mexico Museum of Natural History and Science.

Fosil ini milik Varanopidae, keluarga reptil punah yang menyerupai biawak dan mungkin telah mengisi ceruk yang sama. Reptil purba itu berukuran 24,5 centimeter (9,6 inci) dan beratnya 58,3 gram. 

Beragam aspek anatominya menunjukkan bahwa Eoscansor cobrensis adalah pemanjat, dan mungkin arboreal (hidup di pepohonan). Fitur-fitur pada fosil ini meliputan adaptasi cakar, falang, dan metapodial yang menunjukkan kemampuan menggenggam, menempel, dan memanjat.

Fosil asli yang berisi sisa-sisa Eoscansor (Carnegie Museum of Natural History)

Kemudian kesetaraan kelengkungan cakar yang tinggi dan panjang tungkai antara tungkai depan dan belakang. Massa tubuh dalam kisaran kadal pemanjat yang masih ada saat ini, rasio panjang tibia/panjang tulang paha yang sangat rendah dan pusat gravitasi rendah untuk memfasilitasi postur merayap di permukaan yang miring.

Spencer G. Lucas, kurator paleontologi di New Mexico Museum of Natural History and Science mengatakan, penemuan fosil di New Mexico tersebut telah menulis ulang buku teks paleontologi. "Dalam hal ini, mengungkapkan seorang pendaki kecil yang gesit yang merupakan penghuni dunia Pennsylvania yang sebelumnya tidak terduga," kata Lucas dalam pernyataannya.

Anggota lain dari tim peneliti termasuk Research Associates Larry F. Rinehart dan Matthew D. Celeskey dari New Mexico Museum of Natural History and Science bersama dengan Kurator Carnegie Museum of Natural History David S Berman dan Manajer Koleksi Amy C. Henrici.

Kerangka Eoscansor (Matt Celeskey)

Reptil yang baru ditemukan bernama Eoscansor (EE-oh-SKAN-sor), dari akar kata Yunani eo (fajar) dan scansor (pendaki). Eoscansor adalah eupelycosaur, sekelompok reptil yang telah punah yang mencakup reptil Dimetrodon yang bersayap, yang sering disalahartikan sebagai dinosaurus.

Namun, eupelycosaurus lebih dekat hubungannya dengan mamalia daripada dinosaurus. Penemuan ini merupakan tambahan yang signifikan untuk catatan fosil New Mexico.

Fosil tersebut diawetkan sebagai bagian dan pasangan pada dua blok batuan, disebut sebagai blok A dan blok B. "Penemuan Eoscansor cobrensis merupakan tambahan yang signifikan untuk catatan fosil New Mexico, yang sudah termasuk yang paling kuat di negara ini," kata Lucas dan rekan.

   

Baca Juga: Usia Fosil dari 'Tempat Lahir Manusia' Lebih Tua Dari Perkiraan

Baca Juga: Temuan Fosil Ini Menunjukkan Bahwa Dinosaurus Memiliki 'Pusar Perut'

Baca Juga: Pertama Kalinya Ada Telur di dalam Telur dari Dinosaurus dan Reptil

Baca Juga: Thanatosdrakon amaru, Reptil Terbang yang Dijuluki Naga Kematian

   

Pertama, penemuan Eoscansor mendorong kembali pemahaman kita tentang kapan reptil mulai memanjat setidaknya 15 juta tahun. Karena sebelumnya reptil memanjat tertua yang diketahui berasal dari bebatuan berusia sekitar 290 juta tahun di Jerman.

Selain itu, penemuan ini menunjukkan bahwa reptil jauh lebih beragam dalam anatomi dan perilaku selama Periode Pennsylvania daripada yang diketahui sebelumnya.

"Banyak fitur anatomi dari kerangka fosil, terutama anggota badan, tangan, dan kaki, menunjukkan bahwa ia hampir pasti memanjat pohon. Giginya menunjukkan itu adalah predator yang kemungkinan memakan serangga," kata para arkeolog.

"Eoscansor cobrensis adalah pemanjat yang kecil dan sangat gesit, dan penemuannya kemungkinan berarti masih banyak lagi reptil pemanjat yang harus ditemukan."