Nationalgeographic.co.id—Gilles de Rais adalah seorang bangsawan dan ksatria yang bertempur bersama Joan of Arc sebagai bagian dari tentara Prancis. Tetapi ketika karir militernya berakhir pada 1435, Rais terlibat dalam serangkaian tindakan bejat.
Adam Farley mengisahkan tentang Rais dalam tulisannya kepada All Thats Interesting. Ia menulis artikel berjudul How Gilles De Rais Went From Fighting Alongside Joan Of Arc To Murdering Children yang terbit pada 7 Juni 2022.
Kisah masa kecilnya sangat memilukan. Sebuah tragedi terjadi ketika de Rais berusia 10 tahun dan ayahnya, Guy de Laval, tewas dalam kecelakaan ketika mereka tengah berburu. Rais kecil bahkan mungkin telah menyaksikan kejadian itu, yang dalam beberapa bulan diikuti oleh kematian ibunya, Marie de Craon.
"Dibesarkan oleh kakek dari pihak ibu Jean de Craon, de Rais tumbuh menjadi seorang pemuda yang keras dan pemarah," imbuh Farley dalam tulisannya.
Perang Seratus Tahun, seperti yang kemudian dikenal berabad-abad kemudian, telah berkecamuk sejak 1337. Perang itu mengadu raja dan kerajaan Prancis melawan Inggris dan tidak akan berhenti sampai 1453.
Gilles De Rais mau tak mau terlibat dalam pusaran konflik ketika rumah barunya di Brittany menjadi wilayah sengketa antara kerajaan. Catatan sejarah menggambarkan Gilles de Rais sebagai pejuang yang tak kenal takut dan cakap.
"Dia memperkuat statusnya pada tahun 1429 ketika dauphin, yang kemudian menjadi Raja Charles VII dari Prancis, memerintahkannya untuk mengawasi Joan of Arc di lapangan," tulisnya.
De Rais terus maju dalam dinas militernya dan memimpin tentara Prancis meraih kemenangan definitif atas Inggris pada tahun 1435. Anehnya, dia telah membunuh anak-anak tak berdosa selama tiga tahun.
Menurut dokumen pengadilan, dia menggunakan ruang rahasia untuk menyodomi mereka sebelum memukul mereka sampai mati sambil menatap mata mereka. Kemudian, dia memenggal tubuh mereka dan memajang kepala mereka yang terpenggal.
Setelah pensiun dari dinas militer, gaya hidupnya menjadi dekaden. De Rais menyia-nyiakan banyak uang untuk investasi berlebih dan hal-hal buruk lainnya.
Selepas jatuh miskin akibat berfoya-foya, ia sering menyambangi dukun. Dukun lokal mengarahkannya untuk terlibat dalam okultisme, yang mengorganisir ritual dengan melibatkan pengorbanan manusia.