Dari Candi Sampai Sains, Mengapa Ilustrasi Botani Itu Penting?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 10 Juli 2022 | 10:00 WIB
Hariti, sosok Sang Ibu yang kerap dijumpai dalam relief candi Hindu dan Buddha. Dalam relief itu tergambar tumbuhan yang melatari tempat, biasanya adalah tumbuhan di sekitar candi di bangun. (FSR ISI YOGYAKARTA )

Nationalgeographic.co.id—Sejak periode klasik dalam sejarah, masyarakat Nusantara suka menggambarkan tumbuhan. Tumbuhan yang ditanam bisa diklasifikasi, sebab mereka mengukir secara terperinci bentuk fisik dan morfologinya pada relief.

Tumbuhan-tumbuhan itu biasanya menjadi latar cerita, tetapi membuat gambar yang rinci adalah suatu yang harus pasti. Sebab, pengukiran bisa dilakukan ketika batu-batu candi sudah tersusun. Jika ada kesalahan, batu harus diganti dan mengganggu struktur bangunan.

Berkat gambaran yang tertera pada relief—yang biasanya menggambarkan bentang alam sekitar candi—para ilmuwan bisa mengidentifikasikan ada tumbuhan apa saja di masa lampau. Bahkan, gambarannya bisa diklasifikasikan lewat taksonomi ilmu botani modern.

"Kalau kita menuangkan seninya lewat kertas, nenek moyang kita lewat batu andesit. Tantangannya jadi lebih sulit. Jadi tidak boleh ada kesalahan di sana. Kalau salah arus dibongkar," ujar Destario Metusala. Dia adalah seorang peneliti di Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam webinar the Growth of Botanical Art in Indonesia and Its Role in Science and Art, dia menyimpulkan bahwa seni botani sebenarnya sudah ada sejak lama pada masyarakat Nusantara. Webinar itu diadakan oleh Indonesian Society of Botanical Artists (IDSBA) bersama Galeri Nasional Indonesia pada Jumat 8 Juli 2022.

Kini, seni botani tidak hanya sekadar penghias dalam cerita. Ilmu ini memiliki peran penting dalam penelitian ilmiah dengan mengandalkan estetika visual yang menarik. Seni botani memberikan penggambaran yang akurat, sehingga para peneliti bisa memetik berbagai data dari ilustrasi botani.

"Fungsi umum ilustrasi botani adalah sebagai media untuk berkomunikasi kepada pihak lain, baik itu publik, peneliti, mahasiswa, atau orang awam," ungkapnya. "Apa yang diinformasikan—karakter-karakter morfologinya—bersifat pengetahuan. Dan yang paling penting memudahkan orang atau pihak lain untuk memahami objek tumbuhan yang kita amati."

Destario mengatakan ada tiga komponen utama dalam seni botani. Pertama adalah keakuratan berupa proporsi, bentuk daun, indikator skala ukuran, dan kombinasi warna.

Selanjutnya ada kekayaan informasi berupa kelengkapan bagian-bagian tumbuhan, khususnya pada organ kunci atau karakter yang khas. Terakhir, unsur keindahan yang terbentuk dari sudut pandang penggambaran, penataan bagian-bagian gambar, dan pemberian ekspresi dan kesan.

"Di sini (seni botani) aspek estetika itu jadi penting. Ini saya analogikan seperti kita plating makanan," Destario menjelaskan.

Ilustrasi tumbuhan jamblang (Syzygium cumini). Seni botani seperti ini bisa membuat pemahaman sains tentang konservasi tumbuhan. (Francisco Manuel Blanco/Wikimedia)

"Ketika kita menyusun makanan, kita bisa lihat komponen makanan itu dari sisi mana yang paling indah. Ditata dan dirangkai supaya menggugah antusiasme. Ketika estetika diterapkan kita tergugah ketika menikmati. Berbeda dengan [objek] kualitasnya tinggi tapi tidak dirangkai. Komponennya bagus, tapi tidak ada gairahnya."