Merinding, Dampak Ledakan Nuklir Modern Jika Itu Terjadi Saat Ini

By Wawan Setiawan, Sabtu, 16 Juli 2022 | 15:00 WIB
Perang nuklir menghasilkan konsekuensi yang mengerikan bagi semua orang, kata salah satu rekan Penulis Studi ini. (Pavel López Lazo, _PL.Prensa Latina)

Nationalgeographic.co.id - Invasi Rusia ke Ukraina telah membawa ancaman perang nuklir ke permukaan. Namun bagaimana ledakan nuklir modern akan berdampak pada dunia saat ini? Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal AGU Advances pada 7 Juli memberikan informasi yang gamblang tentang dampak global perang nuklir. Makalah tersebut diberi judul "A New Ocean State After Nuclear War."

Penulis utama studi ini, Asisten Profesor Departemen Oseanografi & Ilmu Pesisir LSU Cheryl Harrison dan rekan penulis menjalankan beberapa simulasi computer. Tujuannya untuk mempelajari dampak perang nuklir skala regional dan lebih besar pada sistem Bumi mengingat kemampuan perang nuklir saat ini.

Sembilan negara saat ini mengendalikan lebih dari 13.000 senjata nuklir di dunia. Ini menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Dalam semua skenario simulasi para peneliti, badai api nuklir akan melepaskan jelaga dan asap ke atmosfer atas yang akan menghalangi Matahari. Sehingga mengakibatkan gagal panen di seluruh dunia. Pada bulan pertama setelah ledakan nuklir, suhu global rata-rata akan turun sekitar 13 derajat Fahrenheit. perubahan suhu ini lebih besar daripada di Zaman Es terakhir.

"Tidak masalah siapa yang mengebom siapa. Itu bisa India dan Pakistan atau NATO dan Rusia. Begitu asap dilepaskan ke atmosfer atas, itu menyebar secara global dan memengaruhi semua orang," kata Harrison, yang memiliki janji temu bersama di Pusat Komputasi & Teknologi LSU.

Suhu laut akan turun dengan cepat dan tidak akan kembali ke keadaan sebelum perang. Bahkan setelah asap menghilang sekalipun. Ketika planet ini semakin dingin, es laut mengembang lebih dari 9,6 juta kilometer persegi dan kedalaman 1,8 meter. Ini terjadi di beberapa cekungan yang menghalangi pelabuhan utama termasuk Pelabuhan Tianjin di Beijing, Kopenhagen, dan St. Petersburg. Es laut akan menyebar ke daerah pantai yang biasanya bebas es menghalangi pengiriman melintasi Belahan Bumi Utara. Sehingga membuat sulit untuk mendapatkan makanan dan pasokan ke beberapa kota seperti Shanghai, di mana kapal tidak siap menghadapi es laut.

Penurunan mendadak dalam cahaya dan suhu laut, terutama dari Arktika ke Atlantik Utara dan Samudra Pasifik Utara, akan membunuh ganggang laut. Item terpenting yang merupakan dasar dari jaring makanan laut, yang pada dasarnya menciptakan kelaparan di lautan. Ini akan menghentikan sebagian besar penangkapan ikan dan akuakultur.

Asisten Profesor Departemen Oseanografi & Ilmu Pesisir LSU Cheryl Harrison menyajikan temuan penelitian terbaru tentang dampak perang nuklir pada sistem Bumi pada konferensi Inisiatif Ancaman Nuklir. (Matt Mendelsohn, NTI)

“Perang nuklir menghasilkan konsekuensi yang mengerikan bagi semua orang. Para pemimpin dunia telah menggunakan studi kami sebelumnya sebagai dorongan untuk mengakhiri perlombaan senjata nuklir pada 1980-an, dan lima tahun lalu untuk meloloskan perjanjian di PBB untuk melarang senjata nuklir. Kami berharap bahwa studi baru ini akan mendorong lebih banyak negara untuk meratifikasi perjanjian larangan," kata rekan penulis Alan Robock, Profesor Terhormat di Departemen Ilmu Lingkungan di Universitas Rutgers.

Studi ini menunjukkan keterkaitan global sistem Bumi. Terutama dalam menghadapi gangguan baik yang disebabkan oleh letusan gunung berapi, kebakaran hutan besar-besaran, atau perang.

 Baca Juga: Peran PBB Terhadap Kemanusiaan Melalui Larangan Penggunaan Nuklir

 Baca Juga: Rupa Area Hasil Radiasi Uji Senjata Nuklir Amerika dan Rusia

 Baca Juga: 'Rekaman yang Hilang' Ungkap Dampak Merusak Bencana Nuklir Chernobyl

"Perang saat ini di Ukraina dengan Rusia dan bagaimana hal itu memengaruhi harga gas, benar-benar menunjukkan kepada kita betapa rapuhnya ekonomi global dan rantai pasokan kita terhadap apa yang mungkin tampak seperti konflik dan gangguan regional," kata Harrison.

Letusan gunung berapi juga menghasilkan awan partikel di bagian atas atmosfer. Sepanjang sejarah, letusan ini memiliki dampak negatif serupa pada planet dan peradaban.

“Kita dapat menghindari perang nuklir, tetapi letusan gunung berapi pasti akan terjadi lagi. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk itu, jadi penting ketika kita berbicara tentang ketahanan dan bagaimana merancang masyarakat kita. Di mana kita harus mempertimbangkan apa yang perlu kita lakukan, untuk bersiap menghadapi guncangan iklim yang tak terhindarkan," kata Harrison. "Namun kita bisa dan harus, melakukan segala yang kita bisa untuk menghindari perang nuklir. Efeknya terlalu mungkin menjadi bencana global."

Lautan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih daripada daratan. Pemulihan laut kemungkinan akan memakan waktu puluhan tahun di permukaan dan ratusan tahun di kedalaman. Sementara perubahan es laut Arktika kemungkinan akan berlangsung ribuan tahun dan secara efektif menjadi "Zaman Es Kecil Nuklir." Ekosistem laut akan sangat terganggu oleh gangguan awal dan keadaan laut baru. Sehingga mengakibatkan dampak global jangka panjang terhadap jasa ekosistem seperti perikanan, tulis para penulis.