Era Lima Kaisar Baik: Puncak Kemakmuran dan Kekuasaan Romawi

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 16 Juli 2022 | 14:00 WIB
Di era Lima Kaisar Baik, kemakmuran dan kekuatan kekaisaran tidak pernah terputus selama lebih dari 80 tahun (Wikipedia)

 Baca Juga: Menara Trajan: Sebuah Catatan Perang Menjulang di Tengah Roma

 Baca Juga: Marcus Cocceius Nerva, Kaisar Romawi Tua yang Sukses di Saat Krisis

Trajan percaya bahwa gengsi Romawi bertumpu pada penaklukan militer. Berbeda dengan pendahulunya, Hadrian justru mengembangkan daerah-daerah yang sudah berada di bawah kendali Romawi.

“Kepedulian Hadrian terhadap provinsi ditunjukkan dengan mengunjungi hampir setiap provinsi kekaisaran selama masa pemerintahannya,” Mingren menambahkan.

Hadrian, bagaimanapun, tidak disukai oleh Senat. Bahkan setelah kematiannya, pendewaannya pun ditolak, tidak seperti kaisar-kaisar lainnya. Penggantinya Antoninus Pius berhasil membujuk Senat untuk menganugerahkan kehormatan Ilahi kepada ayah angkatnya itu. Hadrian pun diberi gelar 'Pius'. Pemerintahan Antoninus Pius berlangsung selama 23 tahun, dari 138 Masehi hingga 161 Masehi. Ini menjadi masa damai di mana tidak ada perang atau pemberontakan besar yang terjadi.

Berakhirnya Era Lima Kaisar Baik

Antoninus Pius digantikan oleh putra angkatnya, Marcus Aurelius dan Lucius Verus, yang memerintah sebagai kaisar bersama. Ketika Lucius Verus meninggal pada 169 Masehi, Marcus menjadi penguasa tunggal Kekaisaran Romawi.

Selama berabad-abad setelah kematiannya, Marcus dijunjung tinggi dan sering dianggap sebagai kaisar teladan. Bukan tanpa alasan, Marcus adalah administrator yang cakap dan terkenal karena pandangan filosofisnya. Namun tidak seperti pendahulunya yang memimpin dengan damai, kepemimpinannya jauh dari damai.

Di saat ia menduduki takhta, misalnya, Parthia menginvasi Suriah. Meskipun perang dimenangkan oleh Romawi, pasukan yang kembali membawa wabah. Pandemi, yang dikenal sebagai Wabah Antoninus, menghancurkan kekaisaran dari tahun 165 Masehi hingga 180 Masehi.

Selain itu, Marcus juga berurusan dengan suku-suku Jermanik yang menyerbu melintasi perbatasan Danubia Roma. Kegagalan terbesarnya sebagai kaisar adalah suksesi oleh putra kandungnya Commodus. Tidak seperti ayahnya dan Kaisar Baik lainnya, Commodus dikenang oleh sejarah sebagai penguasa tirani. Lebih buruk lagi, setelah pembunuhannya pada tahun 192 Masehi, perang saudara pecah sekali lagi. Alih-alih mengikuti jejak era Lima Kaisar Baik, tahun berikutnya dikenal sebagai Tahun Lima Kaisar. Pada masa itu lima orang mengeklaim takhta Romawi. Setelah itu, karena berbagai hal, Kekaisaran Romawi pun mulai mengalami penurunan dan akhirnya jatuh.