Dampak Perubahan Iklim: Sumber Daya Air Semakin Berfluktuasi

By Wawan Setiawan, Kamis, 21 Juli 2022 | 12:00 WIB
Tumpukan salju pada akhir musim dingin rata-rata di beberapa bagian Pegunungan Rocky AS bisa anjlok hampir 80 persen. (Unsplash/CC0 Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Sumber daya air akan semakin berfluktuasi dan menjadi semakin sulit diprediksi. Terutama di wilayah yang didominasi salju di seluruh Belahan Bumi Utara pada akhir abad ini. Pernyataan itu menurut studi perubahan iklim baru yang komprehensif dipimpin oleh Pusat Penelitian Atmosfer Nasional (NCAR).

Tim peneliti menemukan, bahkan di daerah yang terus menerima jumlah curah hujan yang sama, aliran sungai akan menjadi lebih bervariasi dan tidak dapat diprediksi. Saat tumpukan salju surut di masa depan yang lebih hangat dan gagal menyediakan limpasan yang dapat diandalkan. Maka saat itulah jumlah dan waktu sumber daya air akan menjadi semakin bergantung pada episode hujan berkala.

"Pengelola air akan mengikuti peristiwa curah hujan individu alih-alih memiliki waktu tunggu empat hingga enam bulan untuk mengantisipasi pencairan salju dan limpasan," kata ilmuwan NCAR Will Wieder, penulis utama. "Sistem pengelolaan air di daerah yang didominasi salju didasarkan pada prediktabilitas tumpukan salju dan limpasan. Sebagian besar prediktabilitas itu bisa hilang dengan perubahan iklim."

Pengamatan menunjukkan bahwa lapisan salju sudah mencair lebih awal. Bahkan menurun di banyak daerah. Penurunan ini akan menjadi begitu nyata menjelang akhir abad ini. Sehingga jumlah air yang terkandung dalam tumpukan salju pada akhir musim dingin rata-rata di beberapa bagian Pegunungan Rocky AS bisa anjlok hampir 80 persen, ungkap para ilmuwan.

Perubahan limpasan dan aliran sungai kemungkinan akan berdampak pada ekosistem yang bergantung pada air yang dapat diandalkan dari salju, demikian peringatan studi tersebut. Meskipun perubahan tidak akan seragam di seluruh wilayah. Lebih banyak hari bebas salju dan musim tanam yang lebih lama akan memberi tekanan pada sumber daya air. Lalu mengeringkan tanah di banyak daerah, dan meningkatkan risiko kebakaran.

Banyak wilayah di Bumi bergantung pada akumulasi salju selama musim dingin dan pencairan berikutnya di musim semi dan musim panas untuk mengatur limpasan dan aliran sungai. (Dorothea Oldani/Unsplash)

Studi ini mengasumsikan bahwa emisi gas rumah kaca berlanjut pada tingkat yang tinggi. Skenario yang dikenal sebagai SSP3-7.0. Wieder mengatakan bahwa dampak paling parah pada tumpukan salju, limpasan, dan ekosistem kemungkinan akan dihindari jika masyarakat berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca.

Para ilmuwan menggambar pada serangkaian simulasi komputer canggih untuk mengisi rincian tentang masa depan sumber daya air. Menunjukkan sejauh mana perubahan suhu dan curah hujan akan mengubah akumulasi salju dan pola limpasan di Belahan Bumi Utara. Meskipun penelitian sebelumnya melihat dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air, studi baru berfokus pada peningkatan variabilitas sumber daya air.

Hasil studi ini diterbitkan 18 Juli di jurnal PNAS dengan judul Pervasive alterations to snow-dominated ecosystem functions under climate change. Studi ini didanai oleh US National Science Foundation, yang merupakan sponsor NCAR. 

   

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Gletser Andes yang Sinkron dengan Es Kutub

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Volume Penguapan Danau Global Jauh Lebih Besar