Nationalgeographic.co.id—Saat melakukan pengarungan --dari Waduk Gajah Mungkur di Jawa Tengah sampai tempuran (hilir) Kali Madiun di Jawa Timur-- tim Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022 menemukan banyak aktivitas penambangan emas tradisional. Tak hanya menemukan bulir emas, para penambang juga mendapatkan berbagai benda warisan masa lalu, seperti keris dan koin dari era Kongsi Dagang Hindia Belanda (VOC).
Koin VOC ini ditemukan di tempuran Kali Madiun yang berlokasi di Kabupaten Ngawi. Lokasi ini dekat dengan Benteng Pendem Ngawi, atau Benteng Van den Bosch.
Di era kolonialisme, saat VOC berkuasa di Nusantara, Bengawan Solo adalah jalur transportasi utama pihak kompeni untuk mengirimkan logistik ke kantong-kantong kekuatan mereka, termasuk ke Benteng Van den Bosch.
Sejumlah kapal milik belanda dikabarkan karam di segitiga Benteng Pendem. Hal itu dibuktikan dengan berbagai penemuan barang di dasar bengawan yang terkonfirmasi berasal dari tahun 1789. Ini adalah koin VOC di masa menjelang kebangkrutannya.
"Banyak barang zaman dulu, seperti koin VOC ini," tutur Maryat, salah satu penyelam dan pemburu emas.
"Target saya emas bulir, benda lainnya hanya bonus," tambahnya.
Setiap gram emas temuan yang sudah dilebur dihargai Rp 500 ribu. Adapun uang logam VOC dibanderol Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung keutuhan bentuk dan usia koin.
Selain ramai di era VOC, Sungai Bengawan Solo juga merupakan "jalur sutra" perdagangan pada masa keemasan kerajaan-kerajaan Jawa. Suyono, pemerhati sejarah asal Ngawi, menyebu banyak penemuan barang era kerajaan di sungai itu.
"Banyak ditemukan kepeng dan benda-benda lainnya. Dulu dikisahkan saat pedagang dari hilir berlayar menuju bandar perdagangan di Lowayu (sekarang Surakarta), dirampok di tengah jalan. Sejumlah kapal di antaranya tenggelam saat pertempuran berlangsung, beberapa sengaja membuang barang mereka," papar Suyono dalam diskusi bersama tim Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022.
Selain bertemu para penambang emas dan pemburu harta karun, tim Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022 juga jumpat dengan para petani yang bergantung pada sungai itu. Ada yang mengeluh atas kondisi sungai tersebut.
Ngatinem, 67 tahun, adalah petani yang mengeluhkan hal itu. Dia adalah orang tua tunggal dari dua orang anak. Dia hanyalah petani biasa yang tak punya banyak uang.
Ngatinem memilih menjadikan area di dekat Sungai Bengawan Solo sebagai ladang sayur demi mendapatkan akses air yang dekat. Saat ditemui tim Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022, Ngatinem sedang menebar benih kacang panjang di tepi bengawan yang berada di wilayah Kabupaten Sragen, Jawa Tengahnya.
Di ladangnya ada pohon kacang panjang dan pepaya. Dua tanaman ini dia pilih lantaran bisa dipanen bahkan sebelum pohon itu berbuah. Panen daun pepaya dan daun kacang panjang bisa dia lakukan tiap dua minggu sekali. Cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.
Meski dekat sumber air, bertani atau berladang di bantaran Sungai Bengawan Solo bisa dibilang cukup berbahaya dan berisiko. Tidak hanya risiko bahwa sang petani bisa nahas kapan saja bila terseret arus sungai, air bengawan yang berlimpah juga bisa meluap sehingga menyapu dan menghancurkan seisi ladang. Di sisi lain, saat bengawan kering dan tanah kekurangan air, tanaman jadi mati sebelum dipanen.
Baca Juga: Hari Sungai Nasional Berawal dari Peraturan Pemerintah tentang Sungai
Baca Juga: Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022, Upaya Memuliakan Sungai Legendaris
Baca Juga: Ekspedisi Memetakan Potensi Wisata Susur Sungai di Indonesia
"Ya kalau tanaman rusak kena air, besok ditanam lagi. Namanya numpang di Gawan (Bengawan), nurut apa maunya Gawan," ujar Ngatinem.
Hingga hari ini, Tim Misi Ekspedisi Bengawan Solo 2022 telah menyusuri sungai terpanjang di Pulau Jawa itu selama lebih dari sepekan. Ekspedisi ini telah dihelat sejak pertengahan Juli 2022 dan bakal berakhir pada pertengahan Agustus 2022 dengan target jarak tempuh sejauh 462 kilometer.
Ekspedisi ini diadakan oleh Stand Up Paddle Indonesia (SUP.ID). Empat padller dari komunitas ini bakal mengarungi jalur aliran Sungai Bengawan Solo yang melewati wilayah 491 desa, 12 kabupaten/kota, dan 2 provinsi, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu tujuan dari ekspedisi ini adalah memetakan potensi desa-desa wisata di bantaran Bengawan Solo. Ekspedisi ini didukung juga oleh #SayaPejalanBijak dari National Geographic Indonesia.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo