Nationalgeographic.co.id—Penemuan baru fosil bintang bulu berusia 150 juta tahun (ordo Comatulida) dinamai ahli paleontologi Polandia dengan nama Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. Spesies itu memiliki nama genus Ausichicrinites dan nama spesies zelenskyyi.
Nama genus Ausichicrinites mengacu pada Prof. William I. Ausich dari Amerika Serikat, seorang ahli terkemuka tentang fosil crinoid. Sementara nama spesies zelenskyyi menghormati Presiden Zelenskyy atas keberaniannya dalam membela Ukraina yang merdeka, menurut peneliti seperti dilansir Sci-News.
Polandia dan Ukraina memiliki sejarah bersama yang panjang. Beberapa bagian barat Ukraina pernah menjadi bagian dari negara Polandia selama beberapa abad.
Laporan lengkap penelitian ini telah diterbitkan di journal Royal Society Open Science dengan judul "Ausichicrinites zelenskyyi gen. et sp. nov., a first nearly complete feather star (Crinoidea) from the Upper Jurassic of Africa."
Untuk diketahui, fosil yang terpelihara dengan baik dan lengkap ditemukan di Formasi Batu Kapur Antalo Cekungan Nil Biru, Ethiopia bagian barat tengah. Spesies ini merupakan crinoid Jura pertama (sekelompok invertebrata juga termasuk bintang laut, bintang rapuh, bulu babi, dan teripang) yang pernah ditemukan di benua Afrika.
Ausichicrinites zelenskyyi termasuk dalam subkelompok crinoid yang tidak memiliki kerabat yang masih hidup. Fosil bintang bulu sebagian besar diketahui dari spesimen yang sangat terdisartikulasi.
Kulit hewan hidup ditutupi dengan tulang-tulang kecil yang terbuat dari kalsium-karbonat, membentuk cangkang luar pelindung tetapi fleksibel. Namun ketika hewan itu mati dan jaringan lunaknya membusuk, tulang-tulang dan organ-organ seperti lengan cenderung berantakan.
Jadi penemuan spesimen yang hampir lengkap adalah peristiwa langka. Ausichicrinites zelenskyyi, comatulid Jura pertama (bintang bulu) dari benua Afrika.
"Sebuah elemen terisolasi tunggal telah menjadi dasar untuk deskripsi taksonomi dari sebagian besar fosil comatulid," kata penulis utama Profesor Mariusz Salamon dari Institut Ilmu Bumi di University of Silesia dan rekan-rekannya dari Polandia dan Ethiopia.
Ausichicrinites zelenskyyi mewakili salah satu bintang bulu fosil terlengkap yang diketahui hingga saat ini dan yang tertua dari benua Afrika. Hidup sekitar 145 juta tahun yang lalu selama Tithonian, usia terbaru dari zaman Jura Akhir.
Baca Juga: Kawanan Dinosaurus Tertua Ditemukan, Ada Embrio di Beberapa Telurnya!
Baca Juga: Penemuan Fosil Hewan Berkaki 10 yang Namanya Mirip Presiden US
Baca Juga: Penemuan Fosil yang Mirip Kaki Seribu Raksasa, Seukuran Mobil!
Bintang bulu ini memiliki 10 lengan besar dan tidak bersambung dan memberikan wawasan unik tentang morfologi lengan bintang bulu dan cirri (semacam tentakel).
"Ausichicrinites zelenskyyi menunjukkan beberapa kesamaan dengan perwakilan Mesozoikum Solanocrinitidae tetapi juga memiliki kemiripan yang dekat dengan keluarga modern Zygometridae, yang secara eksklusif dikenal dari Holosen Pasifik barat dan Samudra Hindia timur," kata ahli paleontologi.
"Kesamaan morfologis ini dianggap karena konvergensi."
Spesies ini, saat ini disimpan di Departemen Geologi di Adama Science and Technology University di Adama, Ethiopia. Spesimen menunjukkan bukti regenerasi lengan, contoh pertama dari fenomena ini pada bintang bulu fosil.
Fosil itu juga menunjukkan tanda-tanda luka lama. Hewan itu selamat dari serangan, kemungkinan upaya pemangsaan yang gagal, tetapi kehilangan salah satu dari sepuluh lengannya.
Crinoid modern terkenal karena potensi regeneratifnya yang mencolok dan dapat dengan cepat dan lengkap meregenerasi lengan yang hilang. Ausichicrinites zelenskyyi menunjukkan tanda-tanda lengan yang tumbuh kembali. Ini merupakan contoh pertama dari regenerasi yang didokumentasikan dalam fosil bintang bulu.
"Namun, fenomena ini jarang didokumentasikan dalam fosil comatulid, mungkin karena fakta bahwa spesimen utuh crinoid ini sangat jarang diawetkan," kata peneliti.
"Sampai saat ini, hanya satu laporan yang telah dijelaskan, yaitu lengan regenerasi yang terdiri dari empat tetribrach di Rautangaroa aotearoa dari Oligosen Selandia Baru."
Jadi, bukti fosil baru dari Afrika merupakan yang paling awal dan contoh pertama dari regenerasi pinnule dalam fosil comatulid. "Temuan ini mendukung hipotesis tentang peran penting predasi dalam sejarah evolusi kelompok ini," kata peneliti.