Dunia Hewan: Ilmuwan Temukan Spesies Baru Ular Berbisa di Tiongkok

By Ricky Jenihansen, Kamis, 28 Juli 2022 | 09:00 WIB
Gloydius lateralis, Spesies Baru Ular Berbisa di Tiongkok. (Sheng-chao Shi.)

Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan dari Tiongkok telah melaporkan penemuan spesies baru dari genus pit viper Gloydius. Gloydius adalah genus ular berbisa bertubuh kecil yang endemik di Asia.

Spesies baru ular berbisa ini ditemukan ini ditemukan di Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou di Provinsi Sichuan,Tiongkok. Para ilmuwan dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology di Chinese Academy of Sciences menerbitkan laporan tersebut dalam jurnal ZooKeys.

Publikasi tersebut dapat diperoleh secara daring dengan judul "Exploring cryptic biodiversity in a world heritage site: a new pitviper (Squamata, Viperidae, Crotalinae) from Jiuzhaigou, Aba, Sichuan, China."

Menurut para ilmuwan, ular ini didistribusikan terutama di Asia utara. Tetapi meluas ke Eropa selatan dalam kasus Gloydius halys.

Lebih dari 20 anggota genus diketahui sains. Mereka cukup umum dan telah menyebar ke berbagai habitat.

Spesies yang baru diidentifikasi adalah Gloydius lateralis. Ditemukan di Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou di Provinsi Sichuan, Tiongkok.

Ini memakan mamalia kecil, seperti tikus, dan aktif pada hari-hari cerah di pinggir jalan di lembah yang panas dan kering.

"Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou, Situs Warisan Dunia, terletak di zona transisi dari tepi timur Dataran Tinggi Qinghai-Tibet ke Cekungan Sichuan di Provinsi Sichuan dan menempati area seluas 651 km persegi," kata Jingsong Shi dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi di Chinese Academy of Sciences dan rekan seperti dilansir Sci News.

Cagar Alam Nasional Jiuzhaigou di Provinsi Sichuan, Tiongkok. (China Discovery)

"Cagar alam ini ditutupi dengan hutan asli yang terpelihara dengan baik, dan banyak danau alpine."

Indah dan permai, menurut ilmuwan, ini adalah rumah bagi beberapa hewan langka, seperti panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) dan monyet berhidung pesek emas (Rhinopithecus roxellana).

"Keragaman herpetologis, berbeda dengan mamalia, relatif rendah di daerah tersebut karena lingkungan pegunungan yang keras," tambah mereka.