Dunia Hewan: Ketika Ikan Invasif Menjadi Penghuni, Apa Dampaknya?

By Wawan Setiawan, Kamis, 28 Juli 2022 | 12:00 WIB
Spesies yang ditranslokasikan dapat menjadi masalah bagi ikan asli dan ikan eksotik, menurut penelitian tersebut. (Adolf de Sostoa)

Nationalgeographic.co.id—Ikan eksotik ini merupakan spesies non-asli yang berasal dari negara lain dan telah diintroduksi ke perairan tertentu. Kehadirannya menjadi ancaman bagi ekosistem sungai. Tetapi apa yang terjadi ketika spesies invasif berasal dari suatu wilayah itu diperkenalkan ke perairan yang bukan wilayah aslinya?

Sebuah studi baru telah dilakukan oleh UB dan diterbitkan dalam jurnal Science of The Total Environment pada 16 Mei. Hasil studi tersebut diberi judul Patterns of species richness, abundance and individual-size distributions in native stream-fish assemblages invaded by exotic and translocated fishes.

Studi ini telah menganalisis dampak yang diterima ikan pribumi dari spesies ini, yang disebut spesies translokasi. Dibandingkan dengan efek spesies invasif eksotis, yaitu mereka yang non-pribumi dari setiap cekungan di wilayah tersebut.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa kualitas habitat adalah faktor terpenting bagi kesejahteraan ikan pribumi. Tetapi penelitian ini juga menunjukkan bahwa spesies translokasi dapat menjadi masalah yang sama dengan ikan eksotik.

“Apa yang disarankan oleh data kami adalah bahwa invasi oleh spesies asli yang ditranslokasi harus ditanggapi setidaknya sama seriusnya dengan spesies eksotik dalam sistem yang kami pelajari, yaitu aliran dan sungai Mediterania berukuran sedang yang khas,” catat Alberto Maceda, peneliti di Biodiversity Research Institute (IRBio) dari University of Barcelona dan penulis pertama artikel tersebut.

Menurut para peneliti, hasil ini dapat berimplikasi pada pengelolaan sungai. Khususnya dalam konteks perubahan iklim. Sebab, translokasi spesies adalah efek umum dari transfer air antar wilayah yang dilakukan oleh beberapa negara untuk mengurangi konsekuensi pemanasan global.

Para peneliti mempelajari karakteristik spesies ikan yang berbeda di lima belas lokasi cekungan di timur laut Semenanjung Iberia. Namun, mereka berfokus terutama pada spesies cyprinid (Cyprinidae), satu kekayaan spesies tertinggi di dunia dan paling umum di Eropa.

Hasil studi ini dapat memiliki implikasi penting dalam pengelolaan sungai Mediterania. (Alberto Maceda)

Secara khusus, para peneliti menganalisis indikator relevansi ekologi yang besar. Di antaranya keanekaragaman spesies asli, kelimpahan dan distribusi ukuran ikan asli ketika terkena invasi oleh spesies asli eksotik atau translokasi.

"Sebelum penelitian kami, ada penelitian yang menyoroti masalah pencampuran populasi ikan trout Mediterania dan Atlantik, dan beberapa contoh persaingan antara spesies asli dan translokasi, tetapi penelitian kami adalah penelitian pertama yang menganalisis masalah dari sudut pandang yang lebih luas. Juga telah menggabungkan indikator yang berbeda-beda,” kata Maceda.

Hasilnya, sejalan dengan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa kualitas habitat sangat penting untuk konservasi spesies asli. Artinya, fitur lingkungan seperti suhu, kedalaman atau kecepatan air, pH atau tingkat nutrisi, adalah variabel yang paling menjelaskan variabilitas karakteristik seperti kelimpahan atau berat spesies asli yang dianalisis.

Namun, hal baru dari penelitian ini adalah bahwa setelah mempertimbangkan variabel lingkungan, hasilnya menunjukkan bahwa spesies yang ditranslokasikan memiliki potensi dampak yang lebih besar pada ikan asli daripada spesies eksotik.

Keberadaan ikan translokasi dikaitkan dengan kelimpahan dan kekayaan yang lebih rendah dari ikan asli dan individu asli yang lebih kecil. Sedangkan keberadaan ikan eksotik dikaitkan dengan kelimpahan dan kekayaan yang lebih tinggi dari ikan asli dan umumnya individu yang lebih besar.

   

Baca Juga: Dunia Hewan: Uniknya Ikan Arapaima yang Bisa Tumbuh hingga Dua Kuintal

Baca Juga: Dunia Hewan: Makan Alga, Hiu Paus Menjadi Omnivora Terbesar di Dunia

Baca Juga: Dunia Hewan: Seberapa Besar Tubuh Paus Biru? Mengapa Sedemikian Besar?

Baca Juga: Dunia Hewan: Strategi Belut Taman Cari Makan Saat Melawan Arus Laut

     

Mengingat hasilnya, para peneliti menekankan perlunya mempelajari dampak ekologis dari spesies asli yang ditranslokasikan secara lebih rinci. “Tidak ada gunanya berasumsi bahwa dampak spesies eksotik lebih buruk karena mereka datang dari luar perbatasan kita. Sebab, kita belum memiliki cukup informasi untuk membuat pernyataan seperti itu. Faktanya, kita sangat kekurangan pengetahuan tentang penyakit, hibridisasi. masalah, kompetisi trofik, dll. yang dapat dibawa oleh spesies yang ditranslokasikan," tulis peneliti.

Kesimpulan dari studi ini menghadirkan tantangan yang cukup besar bagi undang-undang dan pengelolaan sungai saat ini. Seperti, misalnya, menemukan diri sendiri dalam situasi harus melindungi dan membasmi spesies yang sama tergantung pada cekungan hidrologi di mana ia ditemukan.

"Secara umum, kami berpikir bahwa tindakan harus diambil sehubungan dengan konservasi habitat, karena manfaatnya memiliki banyak dimensi yang bahkan dapat membuat spesies asli menjadi pesaing yang lebih baik terhadap spesies eksotis," ujar Maceda.

"Sungai dengan habitat yang kurang terkonservasi juga mengalami invasi biologis paling banyak. Seringkali sulit untuk membedakan antara efek spesies eksotik dan habitat asli. Namun, dalam beberapa kasus efek merugikan utama adalah translokasi spesies asli atau eksotik. Oleh karena itu bertindak pada mereka, jika pemusnahan tuntas bisa dilakukan, tentu akan bermanfaat bagi sungai,” pungkasnya.

    

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo