Tidak Higienis, Orang-orang Romawi Memutihkan Giginya dengan Urin

By Galih Pranata, Rabu, 27 Juli 2022 | 11:00 WIB
Penggunaan toilet di Romawi Kuno sekitar pertama Masehi di Inggris. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.idDalam sejarah, siapa pun tidak dapat menyangkal fakta bahwa kekaisaran Romawi adalah imperium terbesar dan kekuatannya diperhitungkan di zaman kuno.

Hal itu dapat dibuktikan, "dalam waktu kurang lebih 1500 tahun, Romawi berhasil menaklukkan separuh Eropa, sebagian Asia, dan sebagian Afrika," tulis Ravi Rajan kepada Owlcation.

Ravi menulis sebuah artikel berjudul 5 Disgusting Habits That Were Perfectly Normal in Ancient Rome yang terbit pada 24 April 2022. Ia membeberkan sejumlah fakta yang mencengangkan tentang orang Romawi.

Orang-orang Romawi punya peradaban yang maju. Mereka menyatukan wilayah mereka yang luas dengan kemajuan ilmiah, filosofis, medis, dan teknologi yang mencengangkan. Namun, hal itu juga tidak lepas dari kehidupan mereka yang tidak higienis.

"Hampir tidak mungkin untuk membayangkan bagaimana peradaban yang begitu maju memiliki kebiasaan higienis yang buruk," tambah Ravi.

Bangsa Romawi mengambil penggunaan urin ke tingkat yang sama sekali berbeda: selain mencuci pakaian, mereka juga menggunakannya sebagai pupuk untuk menanam buah-buahan. Lebih jauh dan menjijikannya lagi, mereka menggunakan urin untuk memutihkan gigi.

Orang Romawi menggunakan air seni untuk membersihkan dan memutihkan gigi mereka, mengubah nafas pagi menjadi bau yang sama sekali berbeda. Tentu, zat amonia, yang menghilangkan noda adalah kunci dari penggunaan urin mereka.

Ilustrasi urin. (Lutfi Fauziah)

Digunakan sebagai obat kumur, orang Romawi percaya bahwa air seni menjaga gigi mereka tetap bersih dan putih. Bahkan, penyair Romawi Catullus pernah mengejek musuhnya yang bergigi bersih, Egnatius, dengan mengatakan:

"Semakin putih dan tinggi polesan pada gigimu, semakin menunjukkan bahwa kamu telah banyak meminum air kencingmu sendiri."

Lebih lanjut, kaisar Romawi Vespasianus terkenal memberlakukan 'pajak urin' dengan mengenakan pajak pada tempat sampah umum tempat orang membuang urin yang dikumpulkan dari toilet.

"Pajak itu begitu menggiurkan bahkan diteruskan oleh penggantinya Titus. Kencing yang dikumpulkan dijual sebagai bahan untuk bisnis, bengkel, dan penyamakan kulit, yang kemudian dikenakan pajak untuk itu," terusnya.