Chandra Mengambil Tampilan Baru Bintang Pelarian Raksasa Zeta Ophiuchi

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 30 Juli 2022 | 14:00 WIB
Zeta Ophiuchi pernah mengorbit dekat dengan bintang lain, sebelum dikeluarkan ketika pasangannya meledak. (University of Cambridge)

Nationalgeographic.co.id—Data baru dari observatorium sinar-X Chandra Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjukan gelembung sinar-X yang terletak di sekitar bintang Zeta Ophiuchi. Bintang itu terletak sekitar 440 tahun cahaya di konstelasi Ophiuchus.

Laporan lengkap telah diterbitkan para astronom di jurnal Astronomy & Astrophysics dengan judul "Thermal emission from bow shocks. II. 3D magnetohydrodynamic models of zeta Ophiuchi" belum lama ini. Publikasi itu merupakan jurnal akses terbuka yang dapat diperoleh secara daring.

Untuk diketahui, observatorium sinar-X Chandra adalah satelit yang diluncurkan oleh NASA pada tanggal 23 Juli 1999. Satelit ini dinamai dari ahli fisika India-Amerika Serikat, Subrahmanyan Chandrasekhar.

Observatorium Chandra adalah salah satu dari empat Observatorium Besar NASA. Tiga lainnya adalah teleskop luar angkasa Hubble, observatoriun sinar gamma Compton, dan teleskop luar angkasa Spitzer.

Sementara, zeta Ophiuchi adalah bintang biru yang sangat masif, panas, dan terang yang pernah memiliki pasangan bintang yang meledak sebagai supernova.

Bintang zeta juga dikenal sebagai HD 149757, HR 6175, atau IRAS 16343-1028. Bintang ini sekitar 20 kali lebih masif dan 65.000 kali lebih bercahaya daripada Matahari.

Jika tidak dikelilingi oleh begitu banyak debu, itu akan menjadi salah satu bintang paling terang di langit dan tampak biru bagi mata. Zeta Ophiuchi kemungkinan pernah menjadi bagian dari sistem biner dengan pasangan yang lebih masif.

Diyakini bahwa ketika pasangan bintang meledak sebagai supernova, meledakkan sebagian besar massanya, Zeta Ophiuchi tiba-tiba dibebaskan dari tarikan pasangannya dan ditembakkan seperti peluru yang bergerak 161.000 km per jam (100.000 mph).

Data inframerah yang dirilis sebelumnya dari Teleskop Luar Angkasa Spitzer NASA mengungkapkan gelombang kejut spektakuler. Gelombang itu dibentuk oleh materi yang terhempas dari permukaan bintang dan menabrak gas di jalurnya.

Data baru dari Chandra, dihasilkan oleh gas yang telah dipanaskan oleh efek gelombang kejut hingga puluhan juta derajat.

Dalam sebuah studi baru tersebut, Samuel Green dari Dublin Institute for Advanced Studies dan rekan-rekannya melakukan penyelidikan komputasi terperinci. Penyelidikan tersebut merupakan yang pertama dari kejutan busur Zeta Ophiuchi.

Observatorium sinar-X Chandra (NASA)

Tujuannya untuk menguji apakah model sederhana dari kejutan busur dapat menjelaskan nebula yang diamati. Dan untuk membandingkan mendeteksi emisi sinar-X dengan peta emisi simulasi.

Mereka menguji apakah model komputer dapat menjelaskan data yang diperoleh pada panjang gelombang yang berbeda, termasuk pengamatan sinar-X, optik, inframerah, dan radio.

Ketiga model yang berbeda memprediksi emisi sinar-X yang lebih redup daripada yang diamati. Gelembung emisi sinar-X paling terang di dekat bintang, sedangkan dua dari tiga model memprediksi emisi sinar-X akan lebih terang di dekat gelombang kejut.

 Baca Juga: Mengejutkan, Bintang Aneh Selamat dari Ledakan Supernova Termonuklir

 Baca Juga: Sempat Dikira Lubang Hitam Terdekat, Ternyata Ada 'Bintang Vampir'

 Baca Juga: Penampakan Mirip Monster Jepang Ditemukan di Rasi Bintang Sagitarius

Di masa depan, penulis berencana untuk menguji model yang lebih rumit dengan fisika tambahan. Termasuk efek turbulensi, dan percepatan partikel. Tujuannya untuk melihat apakah kesepakatan dengan data sinar-X akan meningkat.

"Wilayah angin kencang di sekitar Zeta Ophiuchi adalah objek terdekat dengan Bumi di mana energi gelembung dan proses disipasi angin dari bintang masif dapat diselidiki. Dan karena itu merupakan laboratorium yang ideal untuk membatasi proses fisik yang relevan," kata para peneliti.

"Studi numerik pertama tentang kejutan busur dan gelembung angin di sekitar Zeta Ophiuchi ini tidak memberikan jawaban sederhana untuk pertanyaan-pertanyaan penting."

Akan tetapi, peneliti melanjutkan, pekerjaan mereka dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun model yang lebih rumit. "Termasuk media antarbintang yang tidak homogen dan turbulen, konduksi termal anisotropik, percepatan partikel dan transportasi, dan model angin yang lebih rinci," kata mereka.

"Data pengamatan yang lebih baik juga akan sangat membantu karena set data sinar-X yang ada memiliki kontaminasi signifikan dari emisi difus oleh emisi bintang."