Kucing Dikategorikan Sebagai 'Spesies Alien Invasif' di Polandia

By Ricky Jenihansen, Jumat, 5 Agustus 2022 | 09:00 WIB
Lembaga ilmiah di Polandia itu, mendefinisikan kucing sebagai (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia telah mendefinisikan kucing domestik (Felis catus) sebagai "spesies alien invasif". Pengklasifikasian tersebut telah memicu pemilik kucing dan pecinta kucing menyatakan kemarahannya.

Lembaga ilmiah di Polandia itu, mendefinisikan kucing sebagai "alien" karena kucing dijinakkan di Timur Tengah. Kucing kemudian dimasukan ke dalam basis data nasional institut sains Polandia bersama 1.786 spesies lain tanpa mendapat perhatian.

Menurut lembaga tersebut, kucing dijinakkan di Timur Tengah sekitar 10.000 tahun yang lalu dan harus dianggap sebagai spesies asing. Kucing didomestikasi di tempat lahirnya peradaban besar di Timur Dekat kuno, yang membentang dari Lembah Nil hingga Mesopotamia selatan.

Oleh karena itu, dari sudut pandang ilmiah murni, di Eropa, dan karena itu juga di Polandia, kucing harus dianggap sebagai spesies asing. Mereka menyatakan bahwa spesies tersebut menimbulkan "risiko tak terduga bagi satwa liar setempat."

Menurut lembaga tersebut, kucing di Polandia membunuh dan memakan 48,1 dan 583,4 juta mamalia dan 8,9 dan 135,7 juta burung setiap tahun.

"Karena ada bukti ilmiah yang jelas tentang pengaruh negatif kucing domestik terhadap keanekaragaman hayati asli, kucing harus diklasifikasikan sebagai spesies asing invasif di negara kita," mengutip pernyataan lembaga itu.

Pernyataan tersebut dapat memicu penyalahgunaan atau perlakuan buruk terhadap kucing domestik. (iStockphoto)

Sementara itu, Wojciech Solarz, ahli biologi di Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia kepada AP mengatakan, kucing memenuhi kriteria sebagai spesies invasif. "100 persen kucing memenuhi (kriteria) itu," kata Solarz.

Kriteria itu dinilai sejalan dengan pendapat yang dirumuskan oleh tim Invasive Alien Species sebagai bagian dari Komisi Eropa. Klasifikasi seperti itu konsisten dengan definisi yang diadopsi dalam database Spesies Asing di Polandia.

Tapi, meskipun ada bukti yang jelas tentang dampak negatif kucing domestik terhadap satwa liar asli, spesies ini tidak termasuk dalam spesies asing invasif menurut Uni Eropa. Hal itu karena kucing tidak memenuhi beberapa kriteria.

Kemunculan besar-besaran kucing dianggap karena pembiakan domestik, serta di lingkungan alami. Sehingga, kecil kemungkinan dimasukkannya kucing domestik ke dalam daftar Uni Eropa yang dapat secara efektif mencegah, meminimalkan, atau mengurangi dampaknya.

Selain itu, sesuai dengan regulasi, ketika mengadopsi atau memperbarui daftar Uni Eropa, Komisi Eropa mempertimbangkan, antara lain, aspek sosial ekonomi. Untuk alasan ini, kucing domestik saat ini tidak termasuk dalam daftar tersebut.

Sebagai akibat pernyataan lembaga tersebut, pemilik dan pecinta kucing telah menyatakan kemarahannya. Mereka khawatir, pernyataan tersebut dapat memicu penyalahgunaan atau perlakuan buruk terhadap kucing domestik.

Sementara, halaman Facebook lembaga itu diserang oleh warganet dengan kalimat seperti "sangat bodoh dan berbahaya," atau seperti "Anda payah dan tidak layak atas nama Anda."

Atas tanggapan buruk tersebut, Solarz tidak siap dengan keprihatian publik. Ia tidak mengharapkan tanggapan seperti itu karena mendeskripsikan kucing sebagai spesies asing invasif. "Tidak seharusnya hal ini menyebabkan respons emosional seperti itu," katanya.

Menurut mereka, kucing harus dianggap sebagai spesies asing. (Heikki Siltala)

Ia menilai, kontroversi ini mungkin disebabkan pemberitaan media yang dianggapnya menyesatkan. Bahkan, katanya, beberapa laporan media memberikan kesan palsu bahwa lembaga tersebut menyerukan agar kucing liar dan kucing lainnya di-eutanasia atau disuntik mati.

Tidak hanya itu, Solarz bahkan berhadapa dengan Dorota Suminska, seorang dokter hewan dan penulis buku berjudul "Kucing Bahagia" di TV nasional.

Suminska mengatakan: "Tanyakan apakah manusia ada dalam daftar spesies asing non-invasif, ketika membahas penyusutan keanekaragaman hayati dan berpendapat bahwa kucing terlalu banyak disalahkan secara tidak adil."

Terkait kontroversi itu, Solarz menganggap bahwa respon negatif mungkin muncul dari kesalahpahaman. Di mana orang berpikir bahwa lembaganya menyiratkan orang-orang harus menyakiti kucing mereka.

Padahal menurut Solarz, lembaga mereka hanya merekomendasikan pemilik kucing untuk membatasi waktu hewan peliharaan mereka di luar rumah selama musim kawin burung.

Dalam sebuah postingan Facebook, awal bulan ini, membahas klasifikasi dan kritik berikutnya, lembaga ini juga mengatakan mereka "menentang segala kekejaman terhadap hewan." Ini menjelaskan bahwa mendefinisikan kucing domestik sebagai spesies asing yang invasif tidak menjamin pelecehan terhadap kucing.