Studi Baru Ungkap Anak-Anak Lebih Rentan Terdampak Polusi Udara

By Utomo Priyambodo, Senin, 8 Agustus 2022 | 14:00 WIB
Kebakaran di California. (KJimages/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.idSebuah studi baru dari University of California, Davis, menunjukkan efek buruk paparan polusi di kalangan anak-anak. Studi baru ini menggunakan data polusi udara dari pemantau federal Amerika Serikat di daerah Sacramento di California.

Dalam studi ini, sampel darah yang diteliti menunjukkan bahwa anak-anak memiliki penanda peradangan yang lebih tinggi, seperti interleukin 6, jika mereka terpapar polusi udara yang lebih tinggi. Lebih lanjut, polusi udara yang lebih tinggi dikaitkan dengan regulasi otonom jantung yang lebih rendah pada anak-anak, yang berdampak pada seberapa cepat jantung berdetak dan seberapa keras ia memompa, menurut penelitian tersebut.

Laporan hasil studi ini telah dipublikasikan pada 3 Agustus 2022 di jurnal New Directions for Child and Adolescent Research. Dalam studi ini para peneliti mengamati sampel darah dari lebih dari 100 anak sehat berusia 9-11 tahun di daerah Sacramento di mana polutan di dekat rumah mereka dicatat oleh Environmental Protection Agency.

Studi ini ditulis oleh Anna M. Parenteau, seorang mahasiswa doktoral, dan Profesor Camelia E. Hostinar. Keduanya dari Departemen Psikologi UC Davis. Penelitian berlangsung di UC Davis.

Temuan ini penting karena paparan polutan yang dilepaskan selama kebakaran hutan telah dikaitkan dengan banyak hasil kesehatan negatif pada anak-anak yang memiliki tubuh dan sistem organ yang lebih kecil daripada orang dewasa. Dampak negatif yang dimaksud mencakup asma dan penurunan fungsi paru-paru, serta hasil perkembangan saraf seperti gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, autisme, dan defisit dalam kinerja sekolah dan memori, kata para peneliti.

Dalam studi ini para peneliti juga melihat data partikel halus dari EPA (PM2,5) atau partikel halus yang dapat menembus paru-paru dan masuk ke aliran darah. Mereka menemukan darah anak-anak mengandung penanda peradangan sistemik.

Selain itu, PM2,5 yang mengacu pada partikel berukuran 2,5 mikrometer atau lebih kecil oleh EPA, dikaitkan dengan regulasi otonom jantung yang lebih rendah yang dinilai menggunakan elektrokardiogram. Secara khusus, para peneliti menggunakan file data yang dikelola oleh EPA, yang memiliki informasi ringkasan kualitas udara harian dari setiap monitor luar ruangan di Amerika Serikat.

Secara total, 27 dari anak-anak yang diteliti memiliki penanda peradangan dalam darah mereka yang tercatat selama kebakaran signifikan, yakni di masa-masa ketika lingkungan mereka mencatat tingkat PM2,5 yang signifikan di udara. Masa-masa kebakaran yang dimaksud termasuk Kebakaran Kompleks Mendocino pada tahun 2018, yang terjadi sekitar 160 kilometer dari laboratorium tempat pengambilan darah.

Temuan ini mirip dengan yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Dalam studi sebelumnya para peneliti UC Davis meneliti efek kebakaran hutan pada sejumlah primata muda yang hidup di sekitar lokasi kejadian.

"Dengan memeriksa tingkat partikel harian dan bulanan dalam kaitannya dengan peradangan anak-anak dan fisiologi otonom, penelitian ini lebih lanjut menunjukkan konsekuensi langsung dari paparan polusi udara, yang dapat meningkatkan risiko penyakit di masa depan," kata Anna Parenteau.

   

Baca Juga: Studi: Bagaimana Persepsi Publik soal Polusi Udara di Jakarta?