Ada tumpang tindih yang cukup besar dalam kinerja antara kedua kelompok. Dengan hanya subkelompok yang sangat kecil dari individu autis yang tampil pada tingkat di bawah rekan-rekan non-autistik mereka.
Perbedaan antar kelompok konsisten terlepas dari bagaimana emosi disajikan. Sifat respons yang diperlukan, atau emosi tertentu yang dilihat.
Baca Juga: Data Pada 23 Juta Anak Tak Menunjukkan Hubungan Autisme dengan Vaksin MMR
Baca Juga: Temple Grandin, Ilmuwan Perempuan yang Ciptakan Alat Terapi Autis
Baca Juga: Alexithymia, Kondisi yang Membuat Seseorang Sulit Mengenali dan Menyampaikan Emosi
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun ada variabilitas yang cukup besar dalam hal wawasan individu, dalam interpretasi mereka tentang emosi orang lain, tidak ada bukti perbedaan antara sampel autis dan non-autistik.
Menurut peneliti, metodologi canggih yang digunakan dalam studi ini tidak hanya membantu menyempurnakan pemahaman kita tentang pemrosesan emosi pada autisme. Tetapi juga memberikan demonstrasi lebih lanjut tentang kemampuan individu autis yang sampai sekarang belum diakui.
"Kemajuan lebih lanjut, kemungkinan akan mengharuskan kita untuk memanfaatkan perilaku yang terkait dengan pengenalan emosi," kata peneliti.
"Dan reaksi terhadap emosi orang lain dalam interaksi kehidupan nyata atau mungkin dalam pengaturan realitas virtual."