Ahli bedah saraf dan ontolaringologi University of Pennsylvania berhasil melakukan operasi tulang belakang dengan bantuan robot untuk pertama kalinya. Lengan-lengan robotik tersebut memungkinkan tim dokter mengangkat tumor langka di leher pasien.
Tindakan bedah dengan bantuan robot ini dilakukan oleh tim ahli bedah multi disiplin yang dipimpin oleh Dr. Neil Malhotra. Operasi tersebut berlangsung dalam rentang waktu dua hari, selama lebih dari 20 jam, pada Agustus tahun lalu.
Pasien bernama Noah Pernikoff (27) menderita chordoma, jenis kanker langka yang muncul di pertemuan antara tengkorak dan tulang belakang. Pertumbuhan tumor chordoma biasanya lambat dan sering kali tanpa gejala selama bertahun-tahun. Pada kasus Pernikoff, kecelakaan mobil mengungkap keberadaan tumor tersebut.
Baca juga:
Mengapa Manusia Tidak Bisa Mendengar dengan Baik di dalam Air?
“Saya beruntung karena tahu lebih awal. Bagi sebagian besar orang, jika tidak ditemukan dan diobati lebih awal, tumor itu bisa mematikan,” ujar Pernikoff.
Ia menambahkan, “Dokter mengatakan jika saya tidak menemukannya saat pengobatan kecelakaan mobil, tumor itu mungkin terus tumbuh hingga mencapai tulang belakang dan menyebabkan kelumpuhan atau kematian.”
Chordoma sangat langka; kanker ini hanya ditemukan satu dari satu juta orang per tahun. Jenis chordoma spesifik Pernikoff, yang terletak di vertebra C2-nya, bahkan lebih jarang, membuat pengobatan menjadi tantangan tersendiri.
Dalam upaya mengangkat tumor di leher Pernikoff, tim dokter menggunakan pendekatan bedah tulang belakang yang langka dan kompleks.
Untuk membantu pendekatan Malhotra dan meningkatkan pemulihan Pernikoff, Bert W. O’Malley Jr., MD, professor dan Kepala Departemen Otolaringologi: Bedah Kepala dan Leher University of Pennsylvania menggunakan pendekatan trans-oral robotic (TROS) untuk bagian kedua operasi.
Baca juga:
Ilmuwan Temukan DNA Baru dalam Sel Manusia
TORS merupakan teknik bedah robotik minim invasif yang ditemukan di universitas tersebut untuk mengangkat tumor jinak dan ganas dari mulut dan tenggorokan.
Taruhannya tinggi. Karena lokasi tumor, Malhotra mengatakan pengangkatan dapat membahayakan integritas struktural tulang belakang Pernikoff, menyebabkan kelumpuhan permanen.
Ada juga risiko komplikasi seperti kerusakan tulang dan jaringan, hilangnya indra penciuman, masalah keterampilan motorik halus, dan kelumpuhan total.
“Jika kita tidak bisa mengangkat seluruhnya, tumor itu mungkin akan tumbuh kembali, mungkin lebih agresif daripada sebelumnya,” tambah Malhotra.
Pembedahan itu dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, ahli bedah saraf melewati bagian belakang lwhwe Pernikoff dan memotong ruas tulang belakang di sekitar tumor untuk persiapan tahap kedua, mengangkat tumor melalui mulutnya.
Kunci dari tahap ini adalah memotong tulang dengan ultrasonik—mengeluarkan sepotong tulang di sekitar tumor tanpa menyentuhnya, dan tanpa melukai sumsum tulang belakang yang terletak di antara ahli bedah saraf dan tumor.
Baca juga:
5 Penemuan Menakjubkan Dalam Dunia Sains
Setelah tahap pertama berhasil, tim ahli bedah kepala dan leher yang dipimpin oleh O’Malley menggunakan robot bedah untuk membersihkan jalur sehingga Malhotra bisa mengangkat tumor dan ruas tulang belakang yang terkena melalui mulut.
Terakhir, tim dokter merekonstruksi ruas tulang belakang Pernikoff, yang kini kehilangan bagian tulang penting pada lehernya. Tim dokter menggunakan tulang dari pinggulnya beserta batangan (rod) untuk menyelesaikan stabilisasi bagian tulang belakang yang baru diperbaiki.
Sembilan bulan setelah operasi, Pernikoff kini telah pulih dan kembali ke kehidupan lamanya di New York.
“Kemampuan dari teknologi dan prosedur ini sangat revolusioner, "kata O'Malley.
"Operasi ini menjadi terobosan baru dan merupakan contoh mengesankan betapa serbagunanya TORS untuk tumor di kepala, leher, dan sekarang tulang belakang," pungkasnya.