Nationalgeographic.co.id—Sudah bertahun-tahun berjaga diri dari pandemi, banyak bagian-bagian dalam kepribadian generasi muda yang telah lama diabaikan. Kepribadian generasi muda sebagai penerus bangsa mencoba digaungkan kembali.
Menjelang 14 Agustus 2022 dan 17 Agustus 2022, agenda berkemah diselenggarakan pada 11-13 Agustus 2022, untuk memunculkan kembali semangat pramuka dan pembentukan kepribadian generasi muda penerus bangsa.
Kemah Ikhlas Bhakti menjadi tengara nama yang digunakan SMA Al Islam 1 Surakarta untuk mempersiapkan peserta didik baru. Kegiatan ini diselenggakan secara rutin di Bumi Perkemahan Cakra Pahlawasri, Delingan, Karanganyar, Jawa Tengah.
Mereka diarahkan untuk mencapai tujuan utama, pembentukan kepribadian "generasi muda bangsa," ungkap Umi Faizah, kepala sekolah SMA Al Islam 1 Surakarta.
Ikhtiar Syah Awika bersama dengan tim risetnya, menulis dalam jurnal Gerakan Pramuka Universitas Negeri Malang berjudul Merajut Generasi Emas Indonesia yang Berkepribadian Baik dan Berkarakter Bangsa Melalui Implementasi Kepramukaan dalam Proses Pembelajaran yang terbit pada tahun 2018.
"Gerakan Kepramukaan diwajibkan di sekolah seperti yang tertera di dalam pasal 4 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2014," tulis Ikhtiar dalam jurnalnya.
Dalam pasal tersebut, dinyatakan bahwa "pramuka ialah perpaduan proses pengembangan nilai sikap dan keterampilan." Suatu perwujudan yang diharapkan akan membentuk kepribadian dari nilai sikap dan keterampilan yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Berangkat dari pasal ini, gerakan kepramukaan dipandang perlu untuk mewujudkan generasi muda bangsa yang terampil dan memiliki kepribadian.
Menurut Ikhtiar, "gerakan Kepramukaan merupakan upaya untuk merajut generasi emas indonesia yang berkepribadian baik dan berkarakter bangsa."
Sejumlah kegiatan di dalamnya mendorong sikap disiplin dan mandiri sehingga dapat membekali, bahkan membenahi pola pikir generasi muda yang kepalang belum menemukan kepribadiannya selama pandemi.
Budaya gadget dan kecenderungan terhadap gawai, sedikit banyak memengaruhi pola pikir mereka dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kepala sekolah SMA Al Islam 1 Surakarta, "mentalitas malas dan cenderung disosiatif dapat tergambar dari perilaku mereka selama di sekolah."